Kisah Julia Volchkova, Street Artist Asal Siberia yang Ingin Gambar Kebudayaan Sumatera Utara
Ayahnya seorang tukang kayu dan ibunya guru, sehingga sejak kecil dia hanya fokus untuk latihan menggambar.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Street artis Julia Volchkova bercerita lahir dari keluarga miskin yang tinggal di desa kecil Nizhnevartovsk, Siberia.
Ayahnya seorang tukang kayu dan ibunya guru, sehingga sejak kecil dia hanya fokus untuk latihan menggambar.
"Di umur 6 tahun saya sudah dikirim ke sekolah seni dan tari, berbeda dengan anak seumur, dari kecil orang tua sudah membimbing saya untuk fokus belajar menggambar. Saya tak punya banyak waktu untuk bermain," ujarnya kepada Tribun Medan, Rabu (18/11/2015).
Selain itu, kata dia, setiap hari berjalan kaki yang cukup jauh untuk bersekolah.
Tapi, dia tidak pernah mengeluh dan lemah dengan keadaan ekonomi keluarga yang serba kekurangan.
"Ketika masih kecil setiap hari harus berjalan kaki cukup jauh ke sekolahnya. Namun, saya punya keyakinan yang kuat, suatu hari, seni bisa menjadi pintu gerbang utama untuk keluar dari kemiskinan dan melihat dunia," katanya.
Ia menambahkan, usahanya untuk fokus dalam seni menggambar membuahkan hasil. Ia kemudian, juara kompetisi menggambar yang diselenggarakan oleh Art Institute of Nizhnevartovsk sehingga Julia layak kuliah tanpa harus ikut ujian masuk di 2004.
"Pada usia 18 tahun, saya mulai terjun menjadi seniman mural di kotanya. Pendek cerita pada 2010, berbekal nekad walau tanpa uang, tanpa teman saya menumpang kereta api barang tiga hari tiga malam ke St.Petersburg ini untuk mengadu nasib," ujarnya.
Setiba di St.Petersburg, Julia memahami sebagai pendatang baru harus punya startegi cerdas untuk bisa dikenal banyak kalangan.
Kepiawaiannya memilih lokasi berhasil, gambar sebuah wajah dengan sepasang mata yang tajam mengheboh seantero Kota St.Petersburg.
"Kala itu, saya menciptakan gambar dalam hitungan jam agar tidak ketahuan pemilik gedung itu seolah menatap tajam ke bawah, laksana sepasang mata bola yang hidup, yang mengawasi gerak gerik orang orang yang laku lalang di bawah," katanya.
Ia menuturkan, mimpi itulah yang membuat dia tetap tegar melangkah sampai hari ini.
Sehingga, perjuangannya untuk menciptakan karya sejak kecil sudah dapat dinikmati banyak orang.
"Mimpi saat umur 6 tahun itu telah berhasil mengubah jalan hidupku. Hari ini orang orang telah mengenal hasil karyaku," ungkapnya.