Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Monitoring Digital FA Policy Maker: Risma Bak Presenter Program Berating Tinggi

Dari segi geopolitik, Surabaya merupakan satu di antara kota di Indonesia yang memiliki tingkat penggunaan media sosial yang tinggi.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Hasil Monitoring Digital FA Policy Maker: Risma Bak Presenter Program Berating Tinggi
TRIBUN/AHMAD ZAIMUL HAQ
Walikota dan Wakil Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana bernyanyi bersama di sela acara pamitan kepada awak media sehari menjelang habisnya masa jabatannya di rumah dinas Risma di Jl Sedap Malam, Minggu (27/9/2015). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - FA Policiy Maker merilis hasil monitoring digital persaingan dalam pemilihan Wali Kota Surabaya yang akan berlangsung pada 9 Desember 2015 mendatang.

Hasil monitoring digital tersebut menyebut kedua pasangan calon yang bertarung, Rasiyo-Lucy Kurniasari dan Tri Rismaharini dan Wisnu Sakti Buana memanfaatkan secara optimal masa kampanye yang berlangsung sejak 27 September hingga 5 Desember 2015.

Performa kedua pasangan tidak hanya ramai di media mainstream seperti media elektronik dan media cetak, namun juga di media sosial.

FA Policiy Maker menyatakan, hasil monitoring digital menunjukkan, sejak periode 11 November hingga 25 November 2015, telah muncul 255 pemberitaan online terkait kedua pasangan.

Dari jumlah tersebut, pasangan Risma-Wisnu, mendominasi pemberitaan sebesar 72 persen (183 pemberitaan). Adapun pasangan Rasiyo-Lucy Kurniasari mendapatkan 28 persen (72 pemberitaan).

Dari segi geopolitik, Fayakhun Andriadi, founder FA Policy Maker, mengatakan Surabaya merupakan satu di antara kota di Indonesia yang memiliki tingkat penggunaan media sosial yang tinggi.

Warga Surabaya, katanya, sangat aktif menggunakan media sosial, seperti facebook dan twitter. Ini menjadi satu faktor utama tingginya dinamika isu Pilwakot Surabaya di media sosial

Berita Rekomendasi

Soal performa pasangan Risma-Wisnu yang sangat dominan di media sosial, Fayakhun menjelaskan, hal ini relevan pada logika kerja media sosial.

Selama ini, kata dia, Risma merupakan tokoh yang lekat pada isu-isu yang bersifat publik, mulai dari isu penutupan pusat lokalisasi Doli, pengelolaan Kebun Binatang Surabaya hingga kontroversi pembangunan tol tengah Surabaya.

Dua kasus yang sangat populer terkait figur Risma adalah soal rencana pengunduran dirinya sebagai Wali Kota Surabaya pada awal tahun dan penetapannya sebagai tersangka pada Oktober silam.

Kedua isu ini membuat Risma menjadi figur yang tidak hanya diperbincangkan para netizen di tingkat lokal Surabaya, tapi di seluruh Indonesia.

“Lekatnya Risma pada isu-isu kepublikkan atau yang berkaitan dengan hajat hidup warga Surabaya inilah yang membuat menjadi figurnya sangat populer di ranah media sosial. Kelekatan ini sudah berlangsung sejak 2 tahun terakhir ini. Isu apapun yang melekat kepada sosok Risma, selalu menjadi ‘hot political issue’ yang menembus batas regional Surabaya. Netizen gandrung untuk mengomentarinya. Kalau dianalogikan dengan media elektronik, Risma ini ibarat presenter yang programnya memiliki rating tinggi,” kata Fayakhun dalam keterangan pers yang diterima, Sabtu (28/11/2015).

Menurut Fayakhun, dilihat dari perspektif itu, sangat logis jika dalam perhelatan Pilwakot Surabaya, ‘lalu lintas’ pembicaraan tentang pasangan Risma-Wisnu ini jauh lebih tinggi ketimbang kompetitornya.

Dominasi pasangan Risma-Wisnu juga terlihat di media sosial twitter. Monitoring FA Policy Maker menunjukkan 81,9 persen pembicaraan mengacu pada figur pasangan ini, sementara pasangan Rasiyo-Lucy sebesar 18,1 persen.

Kedua pasangan memiliki persentase yang merata dalam hal buzz pemberitaan di media sosial. Tercatat, dari 6.960 buzz pasangan Risma-Wisnu, sebanyak 53,25 persen (4.239 buzz) direspon oleh para netizen.

Tone (nada) pembicaraan seputar pasangan ini juga dominan positif. Pasangan Rasiyo-Lucy juga mencatat persentase yang tinggi, yaitu 47,03 persen dari 1.750 buzz-nya di respon.

Sayembara berhadiah Rp 10 juta bagi “Penangkap Pelaku Politik Uang” yang diadakan pasangan Rasiyo-Lucy menjadi satu di antara topik hangat yang mendapat respon positif para netizen.

Soal persentase buzz ini, Fayakhun menjelaskan, “Angka ini memberi pesan kepada kita bahwa di media sosial, kampanye kedua pasangan sama-sama efektif. Performa keduanya boleh dibilang sama-sama apik. Presisi kampanyenya di ranah digital tepat sasaran. Angka 50 persen membuktikan hal ini”.

Namun, Doktor Politik Digital ini menjelaskan, meski dari sisi efektifitas kampanye kedua pasangan relatif setara, namun segi bobot, pasangan Risma-Wisnu jauh lebih dominan. Buzz pasangan ini hampir 6 (enam) kali lebih tinggi dari pasangan Rasiyo-Lucy.

Bobot yang berbeda jauh ini, jelas Fayakhun, memberikan efek duplikasi dan repetisi perbincangan yang juga lebih tinggi kepada pasangan Risma-Wisnu.

“Akan besar pengaruhnya pada tingginya tingkat popularitas dan elektabilitas Risma-Wisnu,” jelas Fayakhun.

Fayakhun menyarankan, ketertinggalan pasangan Rasiyo-Lucy sebaiknya direspon tim pemenangannya lewat cara menggenjot kampanye berbasis media sosial.

Tim pemenangan Rasiyo-Lucy, kata dia, seharusnya melipatgandakan penetrasinya di ranah yang sangat diminati pemilih pemula dan generasi muda. Karena domain itu hingga saat ini belum terlihat strategi massifikasi dari pasangan ini.

Secara umum, hasil monitoring FA Policy Maker menunjukkan bahwa di pentas media sosial, hingga saat ini pasangan Risma-Wisnu yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini masih jauh lebih unggul dari pasangan Rasiyo-lucy yang diusung Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas