Suami Gugur Ditembak OPM, Mahodara Tegar dan Anggap Sudah Suratan Tuhan
seorang perempuan mengenakan kemeja hitam, Mahodara Ratih Herawati, terlihat tegar menghadapi kabar duka yang dialaminya.
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Sejumlah karangan bunga dan tenda nampak dipasang di sebuah rumah yang berada di kompleks perumahan TNI Pancaarga, Jalan Arjuna III nomor 4, Desa Banjarnegoro, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Selasa (1/12/2015) sore.
Isak tangis pecah setelah ratusan pelayat mendatangi rumah tersebut.
Diantara pelayat yang terus datang mengucapkan bela sungkawa, seorang perempuan mengenakan kemeja hitam, Mahodara Ratih Herawati, terlihat tegar menghadapi kabar duka yang dialaminya.
Senyum terus tersunggih di bibir Mahodara, istri dari mendiang Mayor Inf Jhon De Fretes, seorang perwira TNI yang gugur diduga ditembak oleh angota Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Namuni, Mamberamo Raya, Papua, Senin (30/11/2015) kemarin.
“Saya menerima informasi gugurnya bapak pada Senin malam kemarin. Saya mendapat telepon dari atasan bapak. Tentu saja kabar ini mengagetkan saya dan membuat saya sedih,” ucapnya saat ditemui kemarin sore.
Namun tidak ingin berlarut dalam kesedihan, perempuan asal Jawa Barat ini menyadari bahwa apa peristiwa yang dialami oleh suami tercintanya itu sudah kehendak Tuhan.
Baginya, peristiwa kematian suaminya adalah jalan terbaik dari Tuhan.
Dia mengenang suaminya itu sebagai lelaki yang bertanggung jawab, religius, dan sangat menyayangi keluarganya.
Bahkan, karena sangat sayang dengan dirinya dan dua putranya, suaminya tidak pernah menggerutu apapun yang terjadi di keluarganya.
“Misalnya kalau saya tidak masak beliau tidak marah. Dia adalah suami yang sempurna,” kenangnya sembari menahan air mata di matanya.
Sepeninggal suaminya, dia juga tetap akan tabah dan tegar menghadapi kenyataan.
Meski berstatus janda, Mahondara akan tetap merawat dua buah hatinya dengan baik. Hal itu lantaran dia sudah terbiasa hidup hanya bersama dua putranya.
“Karena Bapak sempat bersekolah dan bertugas di Papua. Jika Bapak tidak dipindah (ke Papua), mungkin saya tidak setegar ini," ucapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.