Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Mantan Gubernur Sumatera Utara, Samsul Arifin, mengaku malu tak mampu menggantikan sosok Marah Halim Harahap ketika menjadi orang nomor satu di Sumatera Utara.

"Sebagai mantan Gubernur Sumut saya malu, karena tidak bisa menggantikan sosok Pak Marah Halim Harahap. Selama jadi gubernur dia sangat dicintai masyarakat. Dia pulang (meninggal) dengan bersih," ujar Syamsul di rumah duka Marah Halim Harahap di Jalan Sakti Lubis, Medan, Kamis (3/12/2015).

Menurut Syamsul, Marah Halim Harahap pernah menyampaikan pesan kepada anak-anaknya bila meninggal dunia ingin dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Medan.

"Setelah mendengar cerita itu, saya langsung meminta gubernur dan beberapa pejabat untuk membantu proses pemakaman. Alhamdulilah berjalan sukses," imbuh dia.

Ia menuturkan, satu pekan belakangan punya firasat tidak enak, karena itu membatalkan rencana pergi ke Jakarta untuk melihat cucu serta keluarga.

"Saya sedih dan selalu berdoa, aturan saya ke Jakarta melihat cucu tapi ada firasat. Jam 06.30 WIB, cucu almarhum datang ke rumah bilang kalau almarhum sudah meninggal," cerita Syamsul Arifin.

Marah Halim Harahap menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Permata Bunda pada Kamis (3/12/2015) sekitar pukul 06.00 WIB. Selama hidupnya Marah Halim Harahap pernah menyelenggarakan turnamen bergengsi sepak bola di Indonesia menggunakan namanya, Marah Halim Cup.

Marah Halim Harahap meninggalkan 10 anak, 24 cucu serta 24 cicit. Istrinya, Zuraida, sudah lama meninggal dunia. Ia memimpin Sumut pada periode 1967-1978.

Mayjen TNI (Purn) Marah Halim Harahap lahir di Tanusira, Tapanuli Selatan, Sumut pada 28 Februari 1921 dan meninggal dunia pada usia 94 tahun dan sudah 10 tahun menderita penyakit stroke.