Gaya Hidup Glamor Mahasiswa Semarang Untungkan Dunia Bisnis
Pengusaha rumah kos eksklusif, Dandan FH, merasa diuntungkan dengan gaya hidup mahasiswa saat ini yang cenderung glamor.
Editor: Dewi Agustina
![Gaya Hidup Glamor Mahasiswa Semarang Untungkan Dunia Bisnis](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/cafe-excelso-semarang_20151226_084527.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pengusaha rumah kos eksklusif, Dandan FH, merasa diuntungkan dengan gaya hidup mahasiswa saat ini yang cenderung glamor.
Di Tembalang, Kota Semarang, ia membuka tiga rumah kos dengan banderol per kamar maksimal seharga Rp 1,8 juta per bulan.
"Dari sisi bisnis jelas menguntungkan kami. Buktinya kamar penuh semua," ucapnya kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network) , pekan lalu.
Meski membuka rumah kos dengan fasilitas lengkap selayaknya hotel, ia tetap menjaga norma. Dan memberi aturan ketat terkait jam berkunjung tamu hingga larangan tamu lawan jenis masuk ke kamar.
Aturan ketat itu rupanya justru disukai para orangtua mahasiswa. Tak jarang para orangtua bahkan langsung datang kepadanya untuk menitipkan anaknya.
"Pernah ada yang masukin pacarnya ke kamar. Langsung saya keluarkan," tegasnya.
Ia mengatakan dari sisi usaha, rumah kos eksklusif tetap diminati. Apalagi tuntutan pergaulan zaman sekarang, membuat orangtua ikut berlomba menuruti keinginan sang anak.
Mempunyai anak seorang mahasiswi, membuat Agus Riyanto warga Manyaran, Kota Semarang rela merogoh kocek dalam-dalam.
Meskipun anaknya kuliah di dalam kota yaitu Universitas Diponegoro, pria berkumis itu mengizinkan anaknya tinggal di kos di daerah Tembalang.
Demi kenyamanan sang anak, Agus mencarikan kos eksklusif seharga Rp 1,5 juta per bulan. Uang itu belum termasuk uang saku per bulan dan kebutuhan kuliah.
"Saya kasih uang saku Rp 1,5 juta per bulan. Buat mendidik mandiri, uang segitu harus cukup," katanya.
Ia bersyukur, dari pantauannya selama ini putri bungsunya tidak terseret kehidupan kampus yang kelewat glamor. Kuliah di Fakultas Teknik yang didominasi laki-laki, putrinya justru agak tomboy.
Ia pun pernah mengetes anaknya. Suatu hari, anaknya minta dibelikan jam tangan. Sang anak bilang ingin minta sejak lama tapi ia takut terlalu mahal buat dirinya.
"Saya kira Rp 20 juta atau apa, ternyata hanya Rp 2 juta. Dari situ saya tahu kalau anak saya tidak neko-neko," ucapnya.
Lalu bagaimana dengan biaya kuliah, apakah tidak melebihi dari kebutuhan? Agus menegaskan jika anaknya membutuhkan dana lebih, ia siap memberi.
Ia kini tidak banyak tahu soal kebutuhan kuliah anaknya karena pengaturan uang kuliah untuk anaknya telah diserahkan pada sang istri. (tim)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.