Mengenang Jatuhnya AirAsia QZ8501 Digelar Tertutup
Tercatat ada enam warga negara asing yaitu 3 warga negara Korea, 1 Perancis (Co-Pilot), 1 Malaysia dan 1 Singapura.
Editor: Hendra Gunawan
Selain menggelar doa bersama, juga dilangsungkan sambutan dari perwakilan pihak keluarga korban dan kru Air Asia.
“Kami mengucapkan terima kasih pada pihak yang membantu selama ini. Baik Basarnas, Pemkot Surabaya, dan pihak penyelam, mewakili banyak pihak yang membantu kami,” terangnya usai acara.
Untuk mengenang setahun jatuhnya Air Asia, terlihat istri pilot Irianto bersama anaknya. Dalam acara itu, juga dihadiri Wali Kota Surabaya terpilih, Tri Rismaharini.
Tetapi saat dicegat di pintu depan, Tri Rismaharini lewat pintu samping utara karena antrean kendaraan akibat hujan deras masih mengguyur. Begitu pula Datuk Komarudin Meranun selaku CO Founder Air Asia juga lewat pintu samping utara dan hanya melambaikan tangan.
Sementara iti, Dwiyanto, keluarga korban bernama Bima Ali Wicaksono, mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Air Asia. Kegiatan yang dilakukan menunjukkan Air Asia masih peduli dengan keluarga korban.
“Proses selalu dipermudah baik dari Pemerintah Kota maupun instansi terkait,” ujar Dwi.
Sementara itu, Sieny Gunawan adik David Gunawan yang saat itu bersama tiga keluarganya, mengaku kecewa dengan sistim penerbangan di Indonesia. Kekecewaan itu karena hasil analisa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan kecelakaan pesawat disebabkan karena kerusakan pesawat bukan faktor cuaca.
“Karena keteledoran itu kecelakaan terjadi,” ujar Sieny sebelum acara dimulai.
Ke depan, Sieny bersama keluarga korban yang lain berharap harus ada perbaikan dari pemerintah terkait sistem penerbangan. Kekecewaan itu bukan karena kompenasi, tetapi lebih pada tanggung jawab dan evaluasi setelah kecelakaan terjadi.
“Setelah kejadian Air Asia masih ada kecelakaan yang terjadi,” paparnya. (Anas Miftakhudin)