Nelayan Misterius Selamatkan Soni dari Gulungan Ombak Pantai Bajulmati
Dari lima orang yang tergulung ombak Pantai Bajulmati, Kabupaten Malang, hanya Soni yang hidup setelah diselamatkan nelayan misterius.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Aflahul Abidin
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Dari lima orang yang tergulung ombak di Pantai Bajulmati, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (1/1/2016), hanya Soni Angga Kusuma yang selamat.
Pemuda 25 tahun itu mampu menyelamatkan diri setelah beberapa jam terombang ambing di laut lepas pantai selatan.
Sekitar pukul 24.00 WIB, menggunakan mobil Sigit menjemput anaknya, Soni dan dua temannya, Lendi (31) dan Herianto (20), di Kantor Satpolair Polres Malang.
Landi dan Herianto merupakan rombongan yang memotret lima korban ombak dan berhasil menyelamatkan diri tanpa ikut terseret ke tengah laut.
Soni dan tiga rekannya sampai di rumah masing-masing di Jalan Kolonel Sugiono Gang VI, Kelurahan Ciptomulyo, Sukun, Kota Malang, Sabtu (2/1/2016) sekitar pukul 03.00 WIB.
Sepanjang perjalanan pulang, tiga orang itu hanya bicara beberapa saat saja dengan Sigit. Sisanya sampai tujuan mereka tidur di dalam mobil, bahkan bekal makanan yang dibawa dari rumah pun tak mereka sentuh.
“Tampak mereka kecapekan saat itu dan kelihatan ling-lung,” kata Sigit kepada Surya saat ditemui di kediamannya.
Kepada Sigit, Soni bercerita ia ditolong seorang nelayan yang menaiki perahu kecil ketika terombang-ambing di laut, lalu membawanya ke tepi pantai.
“Setelah Soni mulai sadar, dia mencari nelayan itu. Tapi tidak ketemu sampai akhirnya Soni pulang,” tambah dia.
Sigit tak sempat menanyakan berapa lama anaknya bertahan di laut lepas. Maklum, pembicaraan antara mereka berdua hanya berlangsung beberapa menit, begitu juga dengan Landi dan Herianto.
Soni tak pamit dan tak mengabarkan tujuan kepada orangtuanya. Sang ibu, Siti Romlah, sempat mencari keberadaan Soni dan beberapa kali panggilan teleponnya tak diangkat.
Kepada keluarga Soni tak bercerita akan melewati malam pergantian tahun di Pantai Bajulmati. Ia menggunakan motor menyusul rombongan yang lebih dulu menggunakan mobil.
“Kalau misalnya dia pamit, saya mungkin juga tidak akan memperbolehkan,” tambah Sigit.