Warga Nunukan Kesulitan Angkutan Cepat untuk Orang Sakit Sejak MAF Tak Beroperasi
Sejak MAF tidak bisa terbang empat bulan belakangan ini, warga kesulitan mendapatkan angkutan untuk orang sakit yang membutuhkan penanganan cepat.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Martinus Baru (45) masih ingat betul. Juni tahun lalu dia buru-buru menelepon perwakilan maskapai penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF) untuk menjemput ke Bandara Yuvai Semaring, Long Bawan, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
Saat itu, ibunya Liung Foret (65) sedang membutuhkan pertolongan cepat, agar bisa segera mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan.
"Waktu itu ibu saya sakit dalam. Makanya harus secepatnya dirujuk ke Tarakan," katanya, Kamis (7/1/2016) sore dari Long Bawan, dihubungi melalui telepon selulernya.
Sekitar sejam kemudian, MAF tiba di Long Bawan. Martinus dan seorang adiknya serta ibunya tak berapa lama kemudian terbang ke Tarakan.
Tak lama berselang, Martinus juga harus menghubungi MAF agar menjemput Orsini (40), adik sepupunya yang sedang mengalami pendarahan.
Hari itu, Minggu MAF datang menjemput untuk diterbangkan ke Tarakan, tak lama setelah pihak keluarga menelepon pihak maskapai penerbangan.
Sesampainya di Tarakan sejam kemudian, Orsini langsung mendapatkan perawatan hingga cuci darah. Nyawanya pun tertolong.
"Menurut dokter puskesmas, lewat sehari saja sudah tidak bisa diselamatkan. Karena darahnya sudah masuk ke dalam perutnya. Darahnya penuh diperut. Kita panggil MAF, langsung datang. Kalau tidak, sudah tidak bisa tertolong di puskesmas," kenangnya.
Berbeda dengan Liung Foret dan Orsini, sejumlah warga lainnya di Krayan meninggal dunia karena tidak bisa mendapatkan pelayanan memadai di rumah sakit terdekat seperti di Kota Tarakan dan Kabupaten Malinau.
Sejak MAF tidak bisa terbang empat bulan belakangan ini, warga kesulitan mendapatkan angkutan untuk orang sakit yang benar-benar dalam kondisi darurat dan membutuhkan penanganan cepat.
Anggota DPRD Kabupaten Nunukan Marli Kamis menyebutkan, dalam sepekan sejak 25 Desember hingga 4 Januari 2016, sedikitnya sudah empat warga di Kecamatan Krayan dan Kecamatan Krayan Selatan meninggal dunia karena lambat tertolong.
Ribed (50) warga Desa Wa Laya, Kecamatan Krayan salah satunya.
Martinus yang masih kerabat dengan Ribed menceritakan, dari Wa Laya korban harus diangkut dengan mobil menuju ke Long Bawan untuk mendapatkan perawatan.
Dokter merujuk agar pasien segera diterbangkan untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih baik. Namun, tanpa MAF tiga hari dirawat di puskemas Ribed menghembuskan nafas terakhir.
Korban lainnya, Yusuf Langit (60), warga Desa Long Umung, Kecamatan Krayan. Martinus yang kebetulan sedang berada di Long Bawan menceritakan, saat itu Yusuf tiba-tiba rebah di jalan. Dia pun segera dilarikan ke puskemas di Long Bawan.
"Dirujuk ke Tarakan, masalahnya pesawat tidak ada. Tidak bisa connect pesawatnya, malamnya dibawa kembali ke Long Umung karena sudah meninggal dunia," ujarnya.
Pendeta Dolop (50), warga Desa Terang Baru, Kecamatan Krayan juga meninggal dunia karena tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
"Semua itu tidak tertolong karena pesawat," kata Marli.
Satu warga lainnya, Timang Leban (50) warga Desa Long Rungan, Kecamatan Krayan Selatan belum diketahui nasibnya hingga kini.
Gath Khaleb, warga Kecamatan Krayan Selatan yang dihubungi melalui telepon selulernya mengatakan, saat itu Timang memang sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri.
Marli mengatakan, pasien kemudian diangkut dari Long Rungan melalui jalan darat ke Long Layu.
"Sampai sekarang kami tidak tahu kabarnya, kami tidak bisa berkomunikasi. Rencananya waktu itu diangkut dari Long Layu ke Long Bawan lalu diangkut naik Susi Air," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.