Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dua Warga Muaro Jambi Menghilang Setelah Aktif di Gafatar

Dua warga Desa Kasang Pudak, Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, dikabarkan hilang setelah mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Y Gustaman
zoom-in Dua Warga Muaro Jambi Menghilang Setelah Aktif di Gafatar
Tribun Jambi/Dedi Nurdin
Poniati menunjukkan foto putrinya, Sri Wulandari yang menghilang bersama suaminya setelah ikut Gafatar. Foto diambil di rumah Poniati pada Senin (18/1/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Dua warga Desa Kasang Pudak, Kumpeh Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, dikabarkan hilang setelah mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Sri Wulandari (20) dan Mardiah (22) menghilang setelah sebelumnya aktif di organisasi tersebut dan menikah dengan anggota dan pengurus Gafatar Jambi pada 2015 lalu.

Ditemui di rumahnya di RT 22, Desa Kasang Pudak, Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi, Poniati (50) mengatakan anaknya menghilang setelah menikah dengan Ade Rahman dan sebelumnya mereka sudah bergabung di Gafatar.

"Baru dua bulan menikah, setelah itu berangkat ke Kalimantan, Samarinda sama suaminya," kata ibu tujuh anak ini kepada Tribun Jambi pada Senin (18/1/2016).

Sunadi menunjukkan sisa dokumen Gaftar dari dalam tas milik menantunya, Muhamamd. Ia tak percaya Muhammad bersama Mardiah, menghilang. Foto diambil pada Senin (18/1/2016). (Tribun Jambi/Dedi Nurdin)

Poniati mengatakan anaknya sudah bergabung dengan Gafatar selama 2,5 tahun dan ia baru tahu organisasi ini terlarang di Indonesia setelah maraknya pemberitaan orang hilang dan ajarannya yang sesat.

"Serba salah juga mau melarang, takut nanti dia malah sedih. Enggak tahunya malah seperti ini, kalau tahu sejak dulu pasti saya larang apapun alasannya," Poniati menyesal.

Berita Rekomendasi

Selama bergabung di Gafatar anaknya kerap mengikuti kegiatan sosial dan setiap keluar rumah selalu beralasan mengikuti bakti sosial.

"Di kantor Gafatar katanya dia banyak membaca buku dan mendengar pengarahan," imbuh Poniati.

Ia hilang kontak dengan Wulan dan suaminya setelah kepergiannya ke Samarinda, bahkan nomor telepon selulernya yang selama ini ia pakai tak lagi aktif.

"Terakhir pas dia mau pergi memakai pakaian rapi, suaminya ini sudah lebih dulu ikut Gafatar. Pergi dari rumah pada 4 agustus 2015, " kata dia.

Terpisah, Sunadi (64), Ketua RT 16, Desa Kasang Pudak, Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi, mengaku anaknya, Mardiah (22), juga menjadi korban Gafatar.

Diah menghilang bersama suaminya Muhammad yang belakangan diketahui sebagai bendahara Gafatar Jambi setelah setahun menikah.

Diah menghilang tak berapa lama setelah menghilangnya Sri Wulandari pada Agustus 2015 lalu dan sebelumnya menghilang, Diah dan suaminya beralasan hendak pindah rumah untuk hidup mandiri.

"Tidak ada pamit lagi, saya sebagai mertuanya tidak dikasih tahu. Dua bulan dia pindah rumah masih ada, tapi setelah itu saya ke rumah mereka mau menengok cucu sudah digembok, ditempati orang lain," beber Sunadi.

Sebelum menghilang, menantunya itu sempat hendak menjual motor yang dikredit atas nama Sunadi. "Dia menawarkan ke tetangganya, tapi karena BPKB-nya atas nama saya, orang tidak mau beli," imbuh dia.

Sunadi sedih saat harus menerima anak perempuanya menghilang tanpa kabar hingga sekarang, apalagi ia membaca anaknya hasil pernikahan dengan Ahmad.

Lalu Sunadi memutuskan melaporkan hilangnya anak dan menantu berikut cucunya ke polisi setelah tahu pasangan ini mengikuti Gafatar.

"Kalau dia tahu dari berita baliklah nak. Kalau mau dijemput di manapun kamu berada bapak jemput. Baliklah nak, kita kimpul lagi sama keluarga," Sunadi berharap.

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas