Keluarga Akhirnya Lega Sugito Bukan Teroris
Keluarga almarhum Sugito mengaku tenang mendengar status Sugito yang telah dirilis Polri sebagai korban.
Editor: Dewi Agustina
"Saat bom pertama meledak di kawasan Sarinah, kemungkinan besar Sugito kaget dan mencari tempat perlindungan ke pos polisi, namun ternyata pos polisi juga jadi target serangan bom.
Di lokasi kejadian, polisi menemukan tas Sugito yang berisi surat-surat yang harus diantar," ujar Ily yang mendapat keterangan itu dari Polda Metro Jaya.
Hal senada dikatakan tokoh masyarakat perumahan tersebut, Nasarudin (48). Sebagai tetangga, ia mengaku tenang dengan adanya kepastian status Sugito.
"Ya tenang dengan ada kepastian status Pak Sugito. Warga sini juga merasa simpatik setelah ada kepastian itu," ujar dia.
Rumah Nasarudin tepat berada di sebelah rumah Sugito. Nasarudin mengaku mengenal dekat Sugito.
"Pak Sugito orang baik, orangnya rajin. Dia asli warga sini," ujar Nasarudin.
Sementara putra kedua almarhum Sugito, Langgeng Prayogi (17) tampak tegar melihat kedatangan jenazah sang ayah, Sugito di rumah duka, Perum Panorama Indah Blok E 2 Desa Purwasari Kecamatan Purwasari Kabupaten Karawang.
Sejak mendengar kabar teror Sarinah, keluarganya langsung pergi ke Jakarta, memastikan kondisi Sugito.
Sedari awal, Langgeng meyakini bapaknya bukan teroris, meskipun sempat beredar kabar bapaknya disebut polisi sebagai pelaku.
"Kalau bapak saya teroris, sejak awal Densus 88 pasti gerebek," ujar Langgeng ditemui di sela pemakaman bapaknya, Minggu (17/1/2016).
Sejak setelah kejadian, ia berada di RS Polri Kramat Jati. Hingga jenazahnya dibawa ke rumah duka, kata Langgeng, ia belum melihat wajah bapaknya itu.
"Saya enggak berani, enggak sanggup sama sekali," ujar dia.
Sugito bekerja di sebuah perusahaan jasa pengiriman, PT Fajar Indah Cakra Cemerlang (FICC) yang berada di Jalan Petojo Enclek yang berada tidak lebih dari 10 km dari lokasi bom Sarinah.
Setiap hari, kata dia, Sugito berangkat pulang pergi Karawang-Jakarta menggunakan kereta api.