Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah ABK Penyelundup Pakaian Bekas Asal Malaysia Tujuan Sumut

Suwarno mendapat upah Rp 1,5 juta sekali jalan menyelundupkan pakaian bekas asal Malaysia ke Sumatera Utara melalui Tanjungbalai.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Kisah ABK Penyelundup Pakaian Bekas Asal Malaysia Tujuan Sumut
Tribun Medan/Jefri Susetio
Beberapa personel TNI AL melihat kapal kayu penyeludup pakaian bekas yang dibawa dari Tanjungbalai ke Dermaga Lantamal 1 Belawan, Sumatera Utara, Sabtu (23/1/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Medan, Liston Damanik

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGBALAI - Suwarno (45) menekuk kepala, menyembunyikan wajahnya yang memucat, disinggung soal adu tembak antara preman dengan anggota TNI AL di perairan Panton Bagan, Tanjungbalai, Sumatera Utara, Jumat (22/1) pagi.

Suwarno merupakan satu dari lima ABK yang ditangkap dalam operasi penyergapan personel TNI AL terhadap kapal motor kayu bermuatan pakaian bekas asal Malaysia yang akan diselundupkan ke Sumut.

Ia ditahan untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Lantamal 1 Belawan.

Suwarno mengaku terpaksa menyelundupkan pakaian bekas, tapi ini bukan yang pertama, begitu kata pria yang pernah menjadi penarik becak itu.

"Dulu aku bekerja dengan Pak Abi Besok. Kemudian menarik becak. Dengan Pak Haji Iqbal ini belum lama. Ditawari jadi ABK, bawa Monza. Karena upahnya lumayan aku mau. Apalagi sekarang narik becak sepi penumpang," kata Suwarno kepada Tribun Medan di Lantamal 1 Belawan pada Sabtu (23/1/2016).

Berita Rekomendasi

Sekali menjemput Monza (akronim "Mongonsidi Plaza", sebutan khas di Sumut untuk pakaian bekas) di Malaysia, dan membawanya ke Tanjungbalai, Suwarno mendapatkan bayaran Rp 1,5 juta.

"Zaman sekarang segitu lumayan sekali, Pak. Sekali trip Rp 1,5 juta. Kalau bisa beberapa kali trip lebih lumayan," beber dia.

Suwarno dan rekan-rekannya mula-mula berangkat dari Pelabuhan Tanjungbalai dan sesampainya di perairan Malaysia, ada kapal yang menyambut dan semua pemindahan pakaian bekas dari satu kapal ke kapal yang diawaki Suwarno berlangsung di tengah laut.

"Waktu mau berangkat sama kita sudah disampaikan kapal mana yang akan menyambut. Sudah ada kontak-kontakan sebelumnya. Jadi pas sudah bertemu, langsung dipindahkan. Prosesnya cepat," ungkap Suwarno.

"Kami lakukan pas masih pagi, masih gelap. Sekitar waktu Subuh, jam empat atau paling lama setengah lima, dan tanpa penerangan. Kalau ada penerangan, kemungkinan ketahuan sama patroli lebih besar," cerita dia.

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas