Ayah Pilot Super Tucano: Semoga Diampuni Dosa-dosanya
Kabar meninggalnya Mayor Pernerbang (Pnb) Ivy Safatillah membuat para tetangga berbondong-bondong datang ke rumah ayahnya, Faisol Rozi
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Kabar meninggalnya Mayor Pernerbang (Pnb) Ivy Safatillah membuat para tetangga berbondong-bondong datang ke rumah ayahnya, Faisol Rozi di Jalan M Sudiro Gang Es Tellar, Kelurahan Kingkin, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Rabu (10/2/2016).
Terlihat juga para pejabat penting di Tuban, mulai dari Ketua DPRD Tuban, Miyadi, Wakapolres Kompol Ali Mahfud dan beberapa perwira polisi lainnya, serta pejabat ringkat kecamatan.
Sebuah karangan bunga dari Kapolres Tuban, AKBP Guruh Arif Darmawan tampak dipasang di halaman rumah Faisol.
Di dalam rumah, jamaah yasin ibu-ibu memanjatkan doa untuk almarhum Ivy.
Terdengar suara berat seperti menahan tangis dari para jamaah yang memanjatkan doa-doa itu.
Di tengah para tetangga dan pejabat yang datang ke rumahnya, Faisol memohonkan maaf apabila semasa hidup anaknya punya salah.
"Mohon maaf, barangkali selama ini anak saya punya salah. Semoga anak saya diampuni dosa-dosanya dan keluarganya diberi ketabahan," ucap Faisol yang juga tokoh nelayan Tuban itu diringi ucapan 'amin' dari para pentakziah.
Sebelumnya, Mayor Penerbang Ivy Safatillah (37) meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Istringa bernama Diana Fitri dan dua anak laki-lakinya masing-masing bernama Dafa Fira Sandy Zein (9) serta Aksa Jaza Maulana (7).
Mayor Ivy menerbangkan pesawat Super Tocano dan jatuh menimpa rumah warga di Jalan LA Adi Sucipto, Kecamatan Blimbing, Kota Malang sekitar pukul 10.00. Ivy dikabarkan meninggal dunia setelah mengalami masa kritis di RS Saifullah Anwar Malang.
Lemas
Kedua orangtua Mayor Penerbang (Pnb) Ivy Safatillah langsung lemas setelah mendapat kabar anaknya meninggal dunia akibat pesawat yang diawakinya jatuh.
Kabar itu datang dari istri anaknya, Diana Fitri, melalui sambungan telepon ke ayah Ivy, Faisol Rozi.
Waktu kabar datang, Faisol berada di Lamongan menuju ke Malang bersama istrinya, Mutmainah dan anaknya yang pertama.
Kabar itu membuatnya batal ke Malang. Ia bersama istri dan anaknya kembali lagi ke rumahnya di Tuban.
"Waktu sampai di Lamongan, menantu saya telepon mengabari anak saya sudah meninggal. Jenasahnya akan diterbangkan ke Yogyakarta untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di sana," kata Faisol sembari matanya berkaca-kaca saat ditemui di rumahnya, Rabu (10/2/2016) sore.
Sebenarnya Faisol dan keluarganya berharap jenasah anaknya dimakamkan di Tuban, namun, istrinya sebagai ahli waris jenasah minta agar dimakamkan di taman makam pahlawab Yogyakarta.
"Karena menantu saya yang berhak sebagai ahli waris, saya ikuti saja," ujarnya.
Sebelumnya, Mayor Pnb Ivy Safatillah pilot yang menerbangkan pesawat Super Tucano. Sekitar pukul 10.00 WIB, pesawat itu jatuh di kawasan pemukiman di Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Setelah mendapat informasi jatuhnya pesawat di Malang, Faisol bersama istri dan anak pertamanya berangkat menggunakan mobil.
"Saya meluncur ke Malang, sampai Lamongan saya diberitahu menantu saya, anak saya meninggal," tutur Faisol yang juga Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia cabang Tuban itu.
Sebelum mendengar anaknya meninggal dunia, Faisol mengaku tak merasakan apa-apa. Kondisinya seperti biasa.
Selasa (9/2/2016) malam sekitar pukul 22.00 WIB, kata Faisol, Ivy masih bicara sengan ibunya melalui telepon.
Faisol beserta keluarganya malam ini bertolak ke Yogyakarta untuk mengikuti acara pemakaman secara militer anaknya di taman makam pahlawab Yogyakarya besok, Kamis (11/2/2016).
"Di sini hanya tahlilan," ungkapnya.
Mayor Penerbang Ivy Safatillah (37) meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Istrinya bernama Diana Fitri yang berprofesi sebagai dokter kandungan serta lagi mengandung delapan bulan, dan dua anak laki-lakinya masing-masing bernama Dafa Fira Sandy Zein (9) serta Aksa Jaza Maulana (7).