Mayat Anong Ditemukan Tertelungkup di Kolam Penampungan Karet
Keluarga yang mencari korban itu melihat ember berwarna hijau yang saat itu masih ada di lokasi kebun karet korban dan menjadi petunjuk keberadaannya
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNNEWS.COM, SEKADAU - Warga Sungai Durian, Dusun Sungai Putat, Desa Sungai Ringin, Kecamatan Sekadau Hilir, dibuat heboh atas penemuan sesosok mayat perempuan di kolam penampungan karet, Selasa (16/2/2016) malam.
Rudianto merupakan warga yang pertama kali mengetahui adanya mayat tersebut.
Ia mengatakan, mayat perempuan berusia 71 tahun yang merupakan bibinya sendiri itu bernama Anong.
Dari penuturan Rudianto, Anong memang sering sakit-sakitan dan berencana untuk berobat.
"Bibi saya itu memang dikenal sebagai pekerja keras. Memang selama ini dia mengeluh sakit, hanya saja sering dipaksa untuk bekerja," ujar Rudiantono yang ditemui di rumahnya pada Rabu (17/2/2016).
Dia mengatakan, sejak Minggu (14/2/2016) sore Anong memang sudah tidak terlihat lagi.
Rudianto juga mengatakan, Anong memang memiliki rencana untuk berobat hari Selasa (16/2).
Namun, tepat hari Selasa, Anong tidak juga muncul hingga akhirnya keluarga langsung mencarinya.
"Memang tidak ada kecurigaan sama sekali. Kami kira dia menginap ke pondok miliknya, tetapi setelah kami cek kesana kondisi pondok tersebut dalam keadaan terkunci. Kami sudah berpikir yang tidak-tidak," ungkapnya.
Entah secara kebetulan atau tidak, keluarga yang mencari korban itu melihat ember berwarna hijau yang saat itu masih ada di lokasi kebun karet korban.
Mereka pun mendatangi kolam karet dan melihat korban alam kondisi terlungkup dan tak sadarkan diri.
"Di sinilah kami menemukan bibi saya itu. Kami tidak menyangka malah ditemukan di kolam karet ini. Ember itu seakan memberikan petunjuk ketika kami mencarinya," ucap Rudi sembari menunjukkan lokasi tempat ditemukannya korban.
Anong, lanjut Rudi, memang hidup sendiri di rumahnya sejak kematian suaminya 8 bulan lalu.
Namun, karena orangnya pekerja keras, ia tak mempedulikan sakitnya meski terkadang dia mengeluh.
"Kami tahu betul bibi kami itu, kamipun yakin kematiannya karena sakit bukan yang lainnya," ujarnya.