Saluran Air Dirusak, Warga: Begini Cara Perusahaan Mengusir Kami Perlahan
Mendapati hal tersebut, warga yang mengetahui hal itu langsung protes.
Penulis: Eko Setiawan
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Tribun Batam, Eko Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Permasalahan Lahan Baloi Kolam seolah tidak pernah habis. Setelah puluhan rumah diratakan, kali ini pihak perusahaan yang mengaku pemilik lahan tersebut melakukan pengrusakan aliran air pemukiman warga.
Hal itu dilakukan secara diam-diam oleh sekelompok orang tak dikenal.
Mendapati hal tersebut, warga yang mengetahui hal itu langsung protes. Namun sayang, saat diprotes sekelompok warga tersebut sudah melarikan diri.
Sementara alat berat yang digunakan untuk meratakan hutan juga sudah mereka pindahkan.
Iren ketua RT 08 RW 16 yang ditemui di TKP menuturkan, kejadian tersebut sekitar pukul 13:00 WIB. Beberapa pohon di pemukiman tersebut ditumbangkan, selain itu, aliran air juga dirusak.
"Begini cara mereka mengusir kita. Mereka tidak bisa menggusur kami sekarang air minum kami yang mereka rusak. Memang kurang ajar mereka. Mengusir kita secara perlahan seperti ini," sebut Iren, Senin (29/2/2016).
Menurut Mereka, saluran air itu resmi dari ATB. Mereka selalu membayar setiap bulanya.
"Bukan mereka yang bayar air kami. Seenaknya saja merusak air kami," sambungnya.
Ratusan warga Baloik Kolam memang merasa sangat tertindas hidup di Kota Batam. Pasalnya, sejauh ini tidak ada yang peduli dengan perjuangan mereka. Semuanya seolah tutup mata layaknya punya kepentingan dari lahan tersebut.
Kekecewaan Iren juga dikarenakan anggota Komisi I DPRD yang kemarin berjanji akan menindak lanjuti permasalahan ini sampai sekarang tidak pernah muncul ke kampung mereka.
"Kami kecewa dengan anggota Dewan. Katanya mau menindak lanjuti masalah kami. Semenjak kami demo kemarin, sampai sekarang mereka tidak menampakan diri kami dibohongi," sambungnya lagi.
Sementara itu, warga yang emosi sempat mengajak rekan-rekan yang lain untuk mendatangi alat berat yang dijaga puluhan orang berbadan tegap tersebut. Menurut mereka, warga rela mati demi merebut kembali tempat tinggal mereka.
"Ayo kita datangi saja ramai-ramai, biar tahu dia kita kalau marah seperti apa," sebut salah seorang warga yang tersulut emosi. (*)