Astronom ITB Ramalkan Gerhana Matahari Total Tahun Depan di Amerika
fenomena alam yang langka ini tidak hanya terjadi di Indonesia berikutnya dia memprediksi bakal terjadi di Negeri Paman Sam.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Astronom Institut Teknologi Bandung (ITB), Suhardja Wiramihardja menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) bersama rombongan Ekspedisi Maritim di top dek kapal Pelni KM Kelud di perairan Belitung, Rabu (9/3/2016).
"Alhamdulillah, kita bisa menyaksikan fenomena alam GMT yang langka ini. Seperti sama-sama dilihat piringan apinya membentuk cincin sangat menakjubkan," kata Suhardja usai fenomena itu berlangsung lebih kurang dua menit 10 detik.
Dikatakan, fenomena alam yang langka ini tidak hanya terjadi di Indonesia berikutnya dia memprediksi bakal terjadi di Negeri Paman Sam.
"Bergiliran, tahun depan kemungkinan di Amerika. Gerhana matahari itu sejatinya tidak jarang, setiap tahun ada dan hampir rata-rata tujuh kali per tahun namun belum tentu sifatnya total," Suhardha memaparkan.
Ketika bulan menutupi matahari maka cahaya yang menyinari bumi berkurang seperti waktu menjelang malam atau selepas subuh.
Perilaku hewan-hewan tak ayal banyak yang terdisorientasi atau tertipu cuaca.
Misalnya ayam berkokok, burung hantu keluar beraktivitas dan hewan-hewan tertidur lelap.
Seperti di Indonesia kejadiaan langka ini pernah berlangsung pada tahun 1984 di Palembang, jadi tidak melulu setiap 300 tahun sekali.
"Waktu di Palembang itu saja tidak sampai seratus tahun tapi sudah ada lagi," imbuh dia.