Uniknya Pasar Papringan, Hanya Buka 35 Hari Sekali Setiap Minggu Wage
Pasar Papringan di Kabupaten Temanggung tercipta atas kreativitas Singgih Susilo Kartono (48), alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB).
Editor: Dewi Agustina
"Sepeda bambu sudah dibuat di Eropa sejak tahun 1800-an, padahal di sana tidak ada bambu. Saya berpikir mengapa di sini yang kaya bambu tidak bisa membuat sesuatu," kata dia.
Sepeda bambu yang diberi merek Spedagi (dari kata sepeda pagi) itu kemudian terkenal.
Warga luar daerah, baik pakar lingkungan, penyuka sepeda, dan mahasiswa mulai berdatangan ke tempat tinggal Singgih di Dusun Kelingan RT 02 RW 04 Desa Caruban, Kandangan.
Ia mulai diundang ke berbagai negara untuk memperkenalkan konsep revitalisasi desa dan menggelar International Conference on Village Revitalization (ICVR).
"Konferensinya di Papringan. Para tamu menginap di homestay dari bambu yang saya buat," ungkapnya.
Namun semuanya itu, menurut Singgih, belum menjawab kegelisahannya tentang pembangunan desa berdasarkan potensi lingkungan. Dari sharing ide dengan teman-temannya, lahirlah Pasar Papringan.
Lantaran tak punya lahan, Singgih harus menyewa kawasan Papringan di Caruban dari warga. Lahan seluas 1.000 meter persegi itu kemudian dibersihkan, dibuat jalan dari susunan batu, hingga nampak seperti taman yang indah.
Suasana Pasar Papringan
Selanjutnya Singgih mencari pedagang pengisi pasar. Ia menemui warga dari rumah ke rumah, menawari mereka untuk berjualan.
Akhirnya terciptalah Pasar Papringan yang terletak di Desa Caruban, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung.
Sejak dibuka kali pertama pada 11 Januari 2016, pasar yang bisa ditempuh sekitar satu jam dari pusat Kota Temanggung itu sudah tiga kali digelar.
Kawasan yang semula kotor dan dihindari itu kini malah mendatangkan kesejahteraan bagi warga desa.
Pasar Papringan buka 35 hari sekali pada setiap Minggu wage.
Masyarakat Jawa menyebutnya sebagai selapanan.
"Seratus persen pedagangnya warga Caruban. Mereka menjual aneka makanan khas desa dan hasil kerajinan dari bambu," tandas Singgih. (a prianggoro)