Kerjakan Ujian di Dalam Rutan, Arman Optimis Meski Tak Belajar
I Wayan Arman Setiawan (19) pasrah harus menjalani ujian nasional (UN) di dalam Rumah Tahanan (Rutan) kelas II B Gianyar.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Tribun Bali,I Putu Darmendra
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - I Wayan Arman Setiawan (19) pasrah harus menjalani ujian nasional (UN) di dalam Rumah Tahanan (Rutan) kelas II B Gianyar.
Namun tak hanya itu, siswa di SMA PGRI 3 Ubud ini juga pasrah mengerjakan ujian tanpa persiapan apa-apa.
Tak ada pihak keluarga, sekolah ataupun kawan yang mengantarkan buku pelajaran kepadanya.
Pihak Rutan menyediakan ruangan perpustakaan untuk Arman menjalani ujian nasional.
Di sana, Arman berjibaku menyelesaikan soal.
"Arman masih berstatus tahanan. Tapi dia masih dibolehkan mengikuti ujian nasional," ujar Kepala Rutan Gianyar, Putu Astawa kepada Tribun Bali, Selasa (5/4/2016).
Kendati demikian Arman tidak bebas grasak grusuk, ada guru dan satpam yang mengawasi setiap gerak geriknya.
Tapi Arman percaya diri, kepada petugas dia berucap optimis kendati tidak sempat belajar.
"Saya tanya, sempat belajar gak dia? Dia jawab, tidak. Dia ngaku orangtuanya tidak sempat membawa buku pelajaran ke Rutan. Tapi dia sangat optimis bisa menjawab semua soal," tutur Astawa menceritakan obrolannya dengan Arman sebelum ujian.
Aswata menceritakan, Arman juga terlihat gugup sama seperti siswa pada umumnya saat menjalani ujian nasional.
Ternyata informasi ada satu siswa di Gianyar harus melaksanakan ujian di dalam sel penjara tidak diketahui oleh pemerintah.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gianyar, Made Suradnya pun kaget. Dia mengaku sama sekali belum mendapatkan informasi tersebut.
"Iya saya kaget dengar kabar kalau ada anak yang ikut ujian di penjara," jawabnya dengan nada tinggi.
Setelah melakukan pengecekan, rupanya benarlah kabar itu. Satu siswa terjerat kasus kriminal dan harus ditahan.
Tidak puas sampai di sana, Suradnya lanjut melacak ke sekolahnya. Sampai pada akhirnya dia tahu bahwa ada miskomunikasi antara pihak sekolah dan pemerintah.
"Ini dia, kenapa tidak dilaporkan kepada saya sebelumnya? ternyata kepala sekolahnya yang tidak mengabarkan kepada kami," sahut Suradnya.
Jika saja diberikan informasi lebih awal, dia beriktiar akan memfasilitasi Arman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Paling tidak, anak tersebut mendapatkan perhatian dalam bentuk pemberian buku pelajaran sebagai persiapan menjelang ujian.
"Kalau pihak sekolah di sana memberitahukan, tentunya saya akan setujui. Pasti saya akan ACC dan fasilitasi. Ini kami akui kebobolan," jelasnya.
Arman berasal dari Desa Bedulu, ia ditangkap atas kasus penjambretan tas warga negara Belgia, Ines Mia Inge Bosmans (25) yang sedang berwisata di Ubud awal bulan lalu.(*)