GKR Hemas Meradang, Polisi Tak Tindak Ormas yang Bubarkan Paksa Lady Fast
GKR Hemas dibully oleh aktivis perempuan, menghujat alasan acara perempuan di Bantul dibubarkan paksa polisi dan sejumlah ormas.
Penulis: Khaerur Reza
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Pembubaran paksa Lady Fast 2016 di Survive Garage, Bugisan, Bantul oleh sejumlah organisasi massa dianggap telah mencoreng Yogyakarta.
Berita tersebut cepat meluas dan tak sedikit aktivis perempuan dalam dan luar negeri memberikan cibiran, termasuk kepada GKR Hemas, istri Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Akibat kejadian itu saya di-bully teman-teman aktivis. Jogja sudah tidak aman, dan beritanya sampai luar negeri. Cucu saya sms dari London menanyakan kejadian itu benar atau tidak," ujar Hemas di Keraton Kilen Yogyakarta Jumat (8/4/2016).
Kebanyakan aktivis seolah tak percaya intoleransi macam itu bisa terjadi di Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota yang toleran.
"Mereka menayanyakan, 'Bu Ratu kok bisa begini? Bu Ratu kok enggak bisa mengawasi dan sebagainya,'" sambung anggota DPD DIY.
Lady Fast tak lain acara untuk memberdayakan dan memberi informasi dalam banyak hal kepada perempuan.
Hemas menyayangkan sikap aparat kepolisian yang dalam kejadian ini justru mendudukkan para peserta seminar seolah dalam posisi bersalah.
"Yang dipanggil kok mereka-mereka (panitia Lady Fast), bukan yang menyerang? Ini kan lucu," ujar dia sambil meminta kepolisian lebih tegas dan adil menyikapi masalah seperti ini agar tidak terjadi lagi.