Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guru Besar IPB: 45 Persen Kematian Anak Disebabkan Gizi Buruk

Gizi balita Indonesia tak akan meningkat jika di posyandu hanya diberi secangkir bubur kacang hijau dan sebutir telur sebulan sekali.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Guru Besar IPB: 45 Persen Kematian Anak Disebabkan Gizi Buruk
nur ichsan/warta kota
POSYANDU CEMARA - Ibu-ibu warga Rw 10 Kelurahan Tanah tinggi, Kota Tangerang, tetap antusias membawa anak anak mereka mendatangi Posyandu Cemara, untuk mendapatkan pelayanan imunisasi polio , jelang sehari berakhirnya program Pos Pin, Senin (14/3). Imunisasi ini untuk mencegah penyebaran penyakit polio pada anak anak. WARTA KOTA/nur ichsan 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Vivi Febrianti

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Jumlah anak bertubuh pendek (stunting) di Indonesia meningkat dari tahun lalu sebanyak 35,6 persen menjadi 37,2 persen.

Tak hanya itu, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak Indonesia juga terus meningkat. Parahnya, selama ini pemerintah hanya fokus pada anak-anak bergizi buruk.

"Padahal ada sebanyak 4,6 juta anak-anak di Indonesia menderita gizi kurang," kata Prof Ali Khomsan kepada TribunnewsBogor.com di IPB Baranangsiang, Bogor, Kamis (21/4/2016).

Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Instutut Pertanian Bogor (IPB), Prof Ali Khomsan. TRIBUNNEWSBOGOR.COM/VIVI FEBRIANTI

Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia IPB itu menambahkan, karena fokus pada gizi buruk, maka perbaikan gizi dalam bentuk pemberian makanan tambahan untuk anak balita di posyandu kurang diperhatikan.

"Anak-anak di posyandu hanya diberi secangkir bubur kacang hijau dan sebutir telur sebulan sekali. Itu tidak akan bisa meningkatkan gizi balita," ujar dia.

BERITA TERKAIT

Ia mengatakan, output akibat gizi kurang adalah buruknya fisik anak-anak Indonesia yang bisa berimbas pada gangguan intelektualitas.

Penyebab gizi buruk atau kurang gizi pada anak, yakni adanya ketidakbermutuan konsumsi pangan.

"Salah satu ciri ketidakbermutuan konsumsi pangan adalah apabila masyarakat lebih mengandalkan konsumsi pangan sumber karbohidrat dan kurang mengonsumsi pangan hewani," jelas dia.

Rakyat Indonesia bukan takut minum susu, tidak suka makan daging, atau alergi saat makan telur, tapi belum ada kesempatan untuk membeli dan mengonsumsi itu semua.

"Bangsa ini akan terus berkubang dengan persoalan gizi, kalau konsumsi pangannya tidak membaik, akibatnya satu dari tiga anak balita Indonesia tergolong stunted atau pendek," beber Ali.

Padahal, kata Ali, gizi menentukan sumber daya manusia sebuah bangsa, dan berperan penting untuk mencerdaskan anak.

Berdasarkan penelitian akademisi membuktikan ada korelasi positif antara perkembangan kognitif dengan status gizi anak balita. Anak bertubuh pendek mempunyai ukuran kepala lebih kecil.

Sementara ukuran kepala pada usia dini merupakan prediktor kuat nilai IQ pada usia 7 tahun.

"Anak yang memiliki gangguan gizi pada usia dini mengalami defisit IQ hingga 15 persen. Tak hanya itu, gizi buruk juga menyumbang 45-46 persen kematian pada anak," tegas dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas