Pengakuan Napi Lapas Banceuy: Saya Disiksa di Sel Pengasingan
Agung menceritakan, Abah dan dirinya diperiksa petugas lapas pada Kamis. Mereka dijebloskan ke sel pengasingan pada Jumat.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Setelah Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa (Lampung) dan Kerobokan (Denpasar), kerusuhan disertai pembakaran terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Banceuy, Bandung, Sabtu (23/4/2016) pagi.
Tewasnya narapidana kasus narkoba, Abah Undang, di sel isolasi (pengasingan), menjadi pemicu kerusuhan tersebut.
Para narapidana menuding Abah Undang tewas bukan karena gantung diri tetapi disiksa sipir, kemudian digantung.
"Dibunuh...Dibunuh...Dibunuh!!!" begitu terikan para narapidana ketika Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly datang ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Banceuy setelah kerusuhan dan kebakaran dipadamkan.
Kerusuhan dan kebakaran dapat diatasi dalam waktu tiga jam. Sekitar 1.000 personel polisi dan TNI dikerahkan ke lokasi kerusuhan.
Tidak ada narapidana yang dapat melarikan diri, begitu juga tidak ada korban jiwa dan luka dalam insiden tersebut.
Akibat kerusuhan, bangunan perkatoran di kompleks Lapas Banceuy luluh lantak tak dapat diselamatkan. Selain itu sebuah mobil dinas dan sejumlah sepeda motor hangus menjadi arang.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Jodie Rooseto ketika ditemui di Lapas Banceuy mengatakan kerusuhan dipicu kematian seorang narapidana pada Sabtu dini hari.
"Mungkin karena tidak terima pada kondisi (di sel isolasi), Jumat malam narapidana itu melakukan gantung diri," ujar Jodie.
Para narapidana yang lain kemudian mencari tahu penyebab kematian korban. Tak kunjung mendapat jawaban, para narapidana kemudian melakukan kerusuhan.
"Muncul gejolak karena solidaritas sesama warga binaan (narapidana). Katakanlah mereka ingin mengetahui penyebab kematian. Pukul 08.00 mulai membakar sebagian ruangan kantor Lapas Banceuy," katanya.
Para narapidana yakin Undang tewas dibunuh bukan karena gantung diri.
"Pembunuhan itu, tidak ada gantung diri," ujar para narapidana di Blok B.
Ungkap Kekecewaan
Narapidana bernama Agung Kriswanto (26), mengatakan, Abah Undang merupakan teman sekamarnya yang digiring ke sel pengasingan lantaran dituding melakukan pelanggaran.
Undang dituding mengonsumsi narkoba di dalam lapas. Namun Agung tidak mengetahui mengapa dirinya turut digiring ke sel pengasingan.
"Saya disiksa di dalam sel pengasingan. Ini buktinya, lihat tubuh saya. Saya disiksa karena disuruh mengaku menggunakan narkoba setelah dites urine," ujar Agung diamini rekan-rekannya di dalam sel tahanan.
Agung menyebut penghuni lapas meyakini Abah Undang tewas akibat disiksa seperti dialaminya di sel pengasingan.
Menurutnya, sangat tidak mungkin Abah Undang mengakhiri nyawanya dengan cara gantung diri. Apalagi pria yang usianya diperkirakan di atas 50 tahun itu akan bebas dari penjara.
"Saya masuk ke sel pengasingan saja tidak boleh bawa apa-apa. Jangankan sarung, di dalam sel itu tidak ada apa-apa. Saya cuma pakai kaus dan celana pendek. Tapi Abah gantung diri pakai kabel panjang," ujar Agung.
Agung menceritakan, Abah dan dirinya diperiksa petugas lapas pada Kamis. Mereka dijebloskan ke sel pengasingan pada Jumat. Abah diketahui tewas pada sekira pukul 00.15, Sabtu.
"Abah itu orangnya baik. Dia suka motongin rumput. Dia masuk ke sel pengasingan dalam keadaan sehat," ujar Agung.
Menteri Yasonna Laoly yang tiba di Lapas Banceuy pada pukul 10.45 langsung menggelar dialog dengan para narapidana.
"Mengapa sampai ada yang keluar dan membakar gedung. Itu kan malah merugikan kita semua," kata Yasonna.
Para napi pun serentak menjawab, "Ada yang dibunuh, Pak."
Richard, seorang narapidana menambahkan banyak kekecewaan yang muncul, di antaranya banyak remisi (pengurangan masa tahanan) tak diberikan.
"Hak-hak remisi tidak kami peroleh. Kami minta napi juga dikasih pekerjaan dan juga pendidikan, di Bandung kan banyak lembaga pendidikan, jadi napi diberdayakan," ujarnya.
Soal penyebab kematian narapidana, kata Yasonna, sebaiknya diserahkan kepada polisi dan hasilnya harus dipercaya oleh semua pihak.
"Pukul 12.00, Kalapas panggil Inafis Polri, kalau polisi temukan ada kekerasan, saya akan minta jaminan Kapolda, bener nggak itu autopsinya. Kalian percaya pada saya? Serahkan pada saya," kata Yasonna.
Yasonna menyatakan jika menemukan sesuatu yang melanggar, ia akan bertindak tegas.
"Saya sudah pecat berapa kalapas, kalau nggak bener. Kita tunggu hasil polisi," tegasnya. (tribunjabar)