Masa Muda Ibu Tien yang Enerjik dan Tomboi, Hingga Dijodohkan dengan Soeharto
Ibu Tien lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah, pada 23 Agustus 1923.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Galuh Palupi Swastyastu
TRIBUNNEWS.COM, KARANGANYAR - Tidak ada yang pernah menyangka, gadis manis dengan penampilan tomboi itu kelak akan menjadi tokoh yang begitu legendaris di Indonesia.
Gadis itu adalah Raden Ayu Siti Hartinah, atau yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien. Istri dari Presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto.
Ibu Tien lahir di Desa Jaten, Surakarta, Jawa Tengah, pada 23 Agustus 1923.
Dari penuturan adiknya, Siti Hardjanti Wismoyo, Ibu Tien merupakan sosok yang sangat peduli pada keluarganya.
Tumbuh dalam masa penjajahan yang serba kekurangan, Ibu Tien selalu berusaha membantu meringankan beban orang tua.
"Beliau sosok kakak yang begitu sayang dan peduli pada adik-adiknya," ucap Hardjanti seperti yang dikutip dari video berjudul 'Misteri Ibu Tien Soeharto' milik Kompas TV.
Ada satu hal yang aneh terjadi ketika Ibu Tien masih berada dalam kandungan.
Tidak seperti bayi lainnya, Ibu Tien berada dalam kandungan ibunya selama 12 bulan sebelum akhirnya terlahir ke dunia.
Ketika remaja, Ibu Tien tumbuh menjadi gadis manis yang tomboi.
Dia juga dikenal cerdas dan enerjik.
Meskipun tomboi, namun Ibu Tien ternyata tetap memegang teguh adat istiadat Jawa sebagai kebudayaan leluhurnya.
Dia terus berkembang menjadi gadis mandiri dan dewasa hingga akhirnya bertemu dengan Pak Harto sebagai jodohnya.
Kisah cinta Ibu Tien dan Pak Harto sedikit berbeda dengan kisah cinta presiden Indonesia lainnya.
Ibu Tien dan Pak Harto terikat tali pernikahan melalui sebuah perjodohan.
Sebelumnya, mereka tidak saling mengenal dan hanya bertukar foto.
Keduanya kemudian menikah pada Minggu, 26 Desember 1947.
Walaupun pasangan ini ada karena perjodohan, namun nyatanya cinta mereka begitu kuat.
Ibu Tien sangat setia mendampingi Pak Harto baik ketika masih menjadi prajurit hingga menjadi presiden selama tiga dasa warsa.
Begitu pula dengan Pak Harto, cintanya juga begitu besar dan kuat pada Ibu Tien.
Sehingga sepeninggalan Ibu Tien, Pak Harto seperti kehilangan pijakan.
Kekuasaan dan kekuatannya di panggung politik semakin meredup.
Hingga akhirnya Pak Harto lengser dua tahun setelah meninggalnya Ibu Tien, tepat 20 tahun lalu dari hari ini, yaitu pada 28 April 1996.(*)