Sang Istri Trauma Suriansyah Melaut ke Luar Negeri
Senin lalu Sa'diah sempat menyusul sang suami ke Jakarta untuk bertemu pertama kali setelah dibebaskan dari penyanderaan.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Rona wajah Halimatus Sa'diah (28) sudah 180 derajat berbeda dari sebulan belakangan.
Jika sebelumnya ia terlihat murung, senyum semringah terus diperlihatkan Sa'diah, saat tim Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network) bertandang ke rumahnya Gang Ganda Magfirah Jalan Tembus Mantuil RT 22 Kelayan Selatan Banjarmasin Selatan.
Ya, rasa lega bercampur syukur kini sudah dirasakan Sa'diah, setelah bertemu sang suami Suriansyah (32) salah satu dari 10 anak buah kapal (ABK) Tugboat Brahma 12 yang sempat disandera kelompok militan Abu Sayyaf selama sekitar 32 hari.
Seperti diketahui, Senin lalu Sa'diah sempat menyusul sang suami ke Jakarta untuk bertemu pertama kali setelah dibebaskan dari penyanderaan.
"Alhamdulillah sudah ketemu semalam. Nangis saya melihat dia, alhamdulillah sehat keadaannya," ujar warga Gang Ganda Magfirah Jalan Tembus Mantuil RT 22 Kelayan Selatan Banjarmasin Selatan ini, Selasa (3/5/2016).
Belum banyak komunikasi yang dibangun antara Sa'diah dengan suaminya, lantaran waktu pertemuan yang terbatas.
Suriansyah kata Sa'diah langsung pulang ke rumah keluarga besarnya dulu di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Selain Sa'diah, mertuanya atau orangtua Suriansyah, Darwin yang berasal dari Kendari memang juga datang menjemput ke Jakarta.
Dia menceritakan, saat pertama bertemu, tak banyak kalimat yang bisa diucapkannya lantaran masih seakan tak percaya bisa bertemu lagi dengan sang suami.
"Langsung pelukan saja, sempat bingung juga. Dia nanya anak saja bagaimana," ujarnya.
Soal kondisi sang suami, Sa'diah mengatakan meski sehat, Suriansyah terlihat lebih kurus dengan kulit sedikit menghitam.
"Orangnya sih memang kurus, kulit agak putih. Tapi kemaren kelihatan lebih kurus, kulitnya lebih gelap mas," katanya.
Selama disandera, Suriansyah mengisahkan pada Sa'diah bahwa diperlakukan baik. Tidak ada penyiksaan yang dilakukan.
"Cuma baju katanya tidak ada ganti. Terakhir ganti waktu dikasih baju sama Gubernur Sulu saat diserahkan kelompok Abu Sayyaf," katanya.
Harta benda pun tak ada yang diambil para militan. Dokumen-dokumen penting seperti paspor, ijazah yang dibawa Suriansyah saat terakhir melaut pun masih lengkap dibawa hingga dibebaskan.
Kejadian penyanderaan yang dialami sang suami, membuat Sa'diah berpikir ulang jika suami kembali melaut.
Dia mengaku trauma, jika suaminya kembali pergi melaut, terutama ke luar negeri.
Sa'diah mengaku, dirinya tak mungkin melarang suaminya kembali melaut, karena memang itu adalah cita-cita sang suami sejak kecil.
"Tapi kalau melaut kayanya di Indonesia saja. Kalau ke luar negeri sepertinya tidak diizinkan dulu," katanya.
Sang suami bukan berasal dari keluarga pelaut. Selain dia, kata Sa'diah orangtua Suriansyah pun agak was-was jika Suriansyah kembali melaut.
"Di antara keluarganya, hanya dia yang jadi pelaut. Keluarganya yang lain banyak yang jadi PNS di sana (Kendari). Kalau ditinggal melaut sebulan atau lebih sudah biasa. Tapi kalau kaya kemaren, nasibnya tidak jelas, hidup atau tidak kita tidak tahu, rasanya tidak mau lagi terulang," katanya seraya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang berperan dalam pembebasan sandera, termasuk suaminya. (Rahmadhani)