Tak Sengaja Senggol 'Penunggu' Candi Borobudur, Puluhan Siswa Kesurupan
Penyebab kesurupan massal puluhan siswi sekolah menengah atas asal Tangerang usai study tour ke Candi Borobudur terungkap.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Azka Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Penyebab kesurupan massal puluhan siswi sekolah menengah atas asal Tangerang usai study tour ke Candi Borobudur terungkap.
Pengalaman metafisik yang dialami siswi SMA Negeri 20 Tangerang itu berawal dari kunjungan mereka ke Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (4/5/16).
Usai dari sana, mereka kembali ke hotel tempat mereka menginap di Umbulharjo, Yogyakarta. Rabu malam sekira pukul sembilan satu per satu berjatuhan, limbung dan berteriak histeris.
Beredar kabar satu di antara siswa ada yang mencungkil batu dari Candi Borobudur, disinyalir tempat bersemayamnya makhluk astral yang menyebabkan para siswa kebanyakan perempuan kesurupan.
Namun informasi tersebut disanggah Ki Semar Bodronoyo, seorang staf keamanan Candi Borobudur. Ia membenarkan ada rombongan siswa asal Tangerang berkunjung ke Candi Borobudur.
"Memang benar ada satu siswa putra didatangkan ke sini (Candi Borobudur) dini hari tadi sekitar pukul 01.00 WIB. Tapi dia sama sekali tidak melakukan penggeseran atau merubah tata letak batu candi. Semuanya hanya faktor ketidaksengajaan saja," ujar Ki Semar Bodronoyo saat ditemui Tribun Jogja, Kamis (5/5/16).
Faktor ketaksengajaan yang dimaksud adalah, ketika seorang siswa sedang berjalan layaknya pengunjung lain di area Candi Borobudur, tanpa disadari menabrak makhluk yang tengah duduk di wilayahnya.
Hal tersebut yang ditengarai menjadi penyebab utama kesurupan masal.
"Lagi lungguh penak-penak kok ditabrak, yo ra trimo to aku (lagi duduk enak-enak kok ditabrak, ya aku tidak terima, red)," menurut Ki Semar Bodronoyo menirukan perkataan makhluk halus yang diajak berinteraksi.
"Kurang lebih seperti itu kronologinya. Jadi, kalau ada yang bilang kesurupannya karena anak itu mengambil batu candi jelas salah informasi. Toh, tiap batu ada kaitannya yang mengunci satu sama lain, tak mungkin bisa digeser, apalagi sampai diambil," beber Ki Semar Bodronoyo.