Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Komunitas Motor Klasik Tolak Penerapan Denda Maksimal, Ini Alasannya

Umumnya komunitas motor klasik gunakan helm yang bentuknya serupa helm proyek tapi dari segi kualitas lebih bagus dari helm SNI

Penulis: Array Anarcho
Editor: Eko Sutriyanto

Laporan Wartawan Tribun Medan Jefri Susetio

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Komunitas sepeda motor klasik yang tergabung di RAS Kijang Kota Medan menolak diterapkannya tilang denda maksimal bagi pengemudi sepeda motor yang melanggar peraturan lalu lintas.

Satu di antaranya tak gunakan helm Standar Nasional Indonesia (SNI)

Medi, Ketua RAS Kijang mengatakan, anak muda yang tergabung dalam komunitas sepeda motor klasik lebih mengutamakan seni, tidak terkecuali saat gunakan helm. Karena itu, tidak banyak anggota komunitas motor klasik gunakan helm SNI. 

“Atas nama komunitas sepeda motor klasik jelas tidak sependapat dengan peraturan tilang denda maksimal bagi pengendara tidak gunakan helm SNI. Komunitas sepeda motor klasik lebih cenderung mengutamakan sisi seninya. Jadi helm SNI sama sekali tidak punya nilai seni,” katanya kepada Tribun Medan, Sabtu (14/5/2016)

Selain itu, kata dia, meskipun pengendara sepeda motor klasik tidak gunakan helm SNI, namun tetap mengutamakan keamanan dalam mengendarai motor.

Baginya, keselamatan nomor satu, sehingga wajib gunakan helm. 

Berita Rekomendasi

“Siapa yang mau celaka atau insiden yang berakibat fatal karena helm ? Tentunya kami mempertimbangkan masalah itu. Walaupun kami gunakan helm tidak SNI keamanan tetap diutamakan. Helm SNI terlalu standar jadi cocok untuk mengendara motor harian,” ujarnya. 

Sebagian besar anak muda yang tergabung di sepeda motor klasik, lanjutnya, mengutamakan nilai seni saat berpenampilan seperti gunakan helm. Ia mengklaim helm yang digunakan lebih berkualitas dari SNI yang beredar di Kota Medan. 

“Kalau komunitas pasti diutamakan seninya. Sedangkan SNI tidak ada seninya.  Meskipun tidak SNI dari sisi bentuk dan kualitas helm kami jauh lebih bagus dari SNI. Biasa kami gunakan helm bentuknya seperti SNI namun tidak helm SNI,” katanya. 

Dia menceritakan, pada umumnya komunitas motor klasik gunakan helm yang bentuknya serupa helm proyek tapi dari segi kualitas lebih bagus dari helm SNI.

Bahkan dari segi harga satu helm yang dipakai anggota komunitas sepeda motor klasik mencapai tiga kali lipat harga helm SNI. 

“Helm yang biasa kami pakai itu lebih mahal dari SNI, dapat tiga hingga empat kali. Kalau harganya ada Rp 300 ribuan dan helm berbahan fiber biasanya itu Rp 500 ribu atau yang berbahan logam jauh lebih mahal. Kalau di Jawa ada produksi helm logam, harganya hingga puluhan juta. Dari segi bentuk tidak standar tapi aman dan nyaman juga,” ujarnya. 

 Ia menyampaikan, kebijakan pemerintah tersebur harus dipatuhi. Namun diharapkan personel Polisi Lalu Lintas bersifat situasional dalam menerapkan kebijakan tersebut. Sehingga, tidak mematikan karya anak muda yang bernaung di komunitas motor.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas