Ini Rangkuman Kronologi Ricuh Kebonharjo, Mulai Eksekusi Rumah Hingga Korban Berjatuhan
Warga yang semula berada di Jalan Ronggowarsito lantas tunggang langgang berlarian menuju belakang kampung.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) melaksanakan eksekusi rumah warga di Kebonharjo Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang untuk membangun rel baru dari Stasiun Tawang ke Pelabuhan Tanjung Emas, Kamis 19 Mei 2016.
Pagi sekitar pukul 08.00 sejumlah warga berkumpul di Kebonharjo untuk bersiap menghadang proses eksekusi oleh PT KAI. Mereka meneriakkan yel-yel penolakan eksekusi.
Saat aksi penolakan eksekusi itu ada korban meninggal dunia bernama Jamian. Korban diduga meninggal karena serangan jantung.
Mereka lantas memblokade jalan untuk membendung tim eksekutor yang dibantu ribuan aparat gabungan dari TNI Polri dan Polsuska.
Tiga unit alat berat dikerahkan untuk merobohkan rumah rumah warga di kampung Kebonharjo. Alat berat ambil jalan lain untuk eksekusi dan bongkar tembok pembatas kampung.
Warga yang semula berada di Jalan Ronggowarsito lantas tunggang langgang berlarian menuju belakang kampung.
Eksavator berhasil membongkar tembok. Warga kemudian mencoba mencegah tim eksekutor.
Namun Apa daya, aksi warga menahan aparat tak berhasil lantaran kalah jumlah. Polisi dan petugas keamanan dari PT KAI terus merangsek.
Dua unit eksavator pun dikerahkan merobohkan bangunan yang telah diberi tanda silang merah. Tak hanya eksavator, PT KAI menyiapkan tim penertiban untuk membongkar rumah menggunakan alat manual.
Tim eksekutor terus merangsek. Mereka tak mempedulikan warga yang sedang menggelar doa di Masjid Baitul Mukminim. Polisi membubarkan pengajian dan doa bersama tersebut.
"Kami mengira petugas akan masuk lewat depan. Ternyata bongkar tembok belakang. Tadi pengajian langsung dibubarkan," kata Iwan, seorang warga Kebonharjo.
Iwan menyatakan PT KAI arogan dengan mengerahkan ribuan kepolisian. Seharusnya bisa dilakukan dengan negosiasi dengan warga.
"Kita ini manusia bukan hewan. Kasihan anak-anak yang sedang ujian jadi ketakutan," ujarnya. (tribunjateng/galih permadi/bakti buwono)