Cak Rogo, Mempertahankan Ludruk Suroboyoan Agar Tak Tersuruk
"Andai orang-orang tahu saat ini seni Ludruk sangat memprihatinkan. Saya sangat sedih," Cak Rogo membagi kecemasannya soal masa depan ludruk.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
Di sanggarnya, anak-anak tak hanya belajar ludruk, tapi juga diperkenalkan ketoprak, wayang orang, dan porsi untuk mentas di panggung yang ditonton diperbanyak. Agar anak-anak tak bosan latihan melulu.
"Cara melatihnya instan agar mereka tidak jenuh, tidak bertele-tele, pokoknya anak-anak mau dulu, ke panggung dulu," Cak Rogo memberi rahasianya, "Masalah bagus atau jelek relatif orang yang nantinya menilai."
Hasil dari penampilan anak-anak binaannya telah menghasilkan beberapa video dan tawaran mengisi acara di sana sini.
Selain ludruk, Cak Rogo mengenalkan anak-anak belajar kidungan atau pantun candaan khas Surabaya tapi berisi pesan moral. Dahulu kidungan yang dibawakan pelawak merupakan media informasi.
"Kalau sekarang seperti iklan. Hebatnya kidungan dari situ, makanya bahasa ini harus dilestarikan selalu," Cak Rogo penuh semangat dan pantang mundur berjuang untuk memelihara ludruk.
Mengejar Srimulat
Satu kali dalam festival ludruk, anak-anak sanggar Pemuda Taman Hira binaan Cak Rogo keluar sebagai juara favorit dan mendapat predikat juara terbaik serta mendapatkan piala dan sertifikat dari Pemkot Surabaya.
Seketika itu ia anak-anak di sanggarnya mendapat panggilan pentas di TVRI untuk membawakan lakon 'Sarip Pendekar Budiman' yang naskahnya dibuat sendiri Cak Rogo.
Semua pementasan baru pada tahap ludruk hidup dulu, belum bisa menghidupkan para pemainnya yang kebanyakan anak-anak. Agar mereka bisa manggung, Cak Rogo mengambil modal dari hasil penjualan karcis meski hanya laku beberapa saja.
Sekali pun ada pemasukan uangnya dibayarkan kepada pemain karawitan, bagian tata lampu dan dekorasi panggung. Semua itu secara transparan Cak Rogo sampaikan kepada anak didiknya.
"Saya bilang ke anak-anak, jangan sekali-kali menghargai dirimu dengan bayaran. Kalau mencari bayaran jangan di THR, di sini kawah condrodimuka orang seni, tempat penggodokan orang seni," kata Cak Rogo.
Pemain Srimulat yang sudah tenar di Jakarta selalu Cak Rogo angkat untuk memotivasi anak-anak asuhannya agar sungguh-sungguh mendalami seni ludruk di Taman Hiburan Rakyat Surabaya.
"Kalau punya nama kamu akan dipanggil orang Jakarta kayak Mbak Nunung, Mas Tarsan, Tessi, dulu tidurnya di gedung ini, sama-sama gelar tikar bareng Cak Rogo," begitu Cak Rogo berpesan kepada anak-anak asuhnya.
Saat kenangannya melambung pada masa ludruk gemilang, hampir bersamaan sebuah mobil ambulans masuk ke area Kampung Seni Taman Hiburan Rakyat Surabaya untuk mengangkut seorang penabuh gamelan yang tinggal di depan sanggar miliknya karena sudah tua dan jatuh sakit.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.