Cak Rogo, Mempertahankan Ludruk Suroboyoan Agar Tak Tersuruk
"Andai orang-orang tahu saat ini seni Ludruk sangat memprihatinkan. Saya sangat sedih," Cak Rogo membagi kecemasannya soal masa depan ludruk.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman
Ia mengapresiasi bantuan Pemerintah Kota Surabaya yang memberikan fasilitas serta distribusi anggaran untuk kemajuan kesenian di kampung seni Taman Hiburan Rakyat Surabaya.
Belum afdal jika tak ada pementasan ludruk di Taman Hiburan Rakyat. Tanpa ludruk, ketoprak, wayang orang, wayang kulit, jangan sebut ini Taman Hiburan Rakyat. "Terserahlah taman apa gitu," kata dia.
Ludruk akan selamanya bertahan selama pelaku seninya ada dan mau mempertahankan. Cak Rogo tak pernah berpikir kampung seni justru menjadi kubur terakhir bagi ludruk, dan seni tradisional Surabaya lainnya.
"Sampai mati, sampai titik darah penghabisan. Saya akan berjuang demi kesenian Suroboyo, ludrukan," janji pria yang 35 tahun usianya untuk ludruk dan masa depannya bertahan.
Cak Rogo mengingatkan ludruk lewat kidungnya, "Nok Banyu Urip tuku jeruk, nok Kalidami tuku nongko. Mumpung jek urip nanggapo ludruk, besok nek mati ben munggah suwargo."
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.