Pecah Kaca Ternyata Hanya Rekayasa Afdryanto
Sementara uang tunai Rp 223 juta yang ia sebut hilang sebenarnya tidak ada.
Penulis: Eko Setiawan
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Batam, Eko Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Setelah menjalani beberapa jam pemeriksaan, akhirnya Afdryanto mengakui kalau pencurian dengan modus pecah kaca yang terjadi dikawasan Winsor Centre Kec Lubuk Baja merupakan rekayasa dirinya sendiri.
Ia beralasan, karena terdesak uang dan butuh pinjaman dari orangtuanya.
Kapolsek Lubuk Baja AKP I Putu Bayu Pati mengatakan, pelaku memecahkan kaca mobilnya sendiri dengan menggunakan Batu.
Sementara uang tunai Rp 223 juta yang ia sebut hilang sebenarnya tidak ada.
"Jadi dia itu terdesak uang mau bayar banyak kreditan. Apalagi bisnis sarang walet yang ia kelola saat ini harganya lagi jatuh. Makanya dia pusing dan membuat cerita agar dipinjamkan uang oleh orangtuanya," sebut Putu menerangkan.
Kebutuhan hidup Afdryanto semakin meningkat apalagi ia harus membayar dua kreditan mobil. Mobil miliknya dan mobil kekasihnya.
"Dia mengakui juga kalau dia bayarkan kreditan mobil pacarnya. Inti permasalahan disini yaitu penghasilan dengan pengeluaran itu tidak seimbang," tambahnya lagi.
Menurut Putu, dalah hal ini yang merasa rugi yaitu pelapor sendiri. Jadi kasus ini masih dalam pembahasan pihak kepolisian.
Terkait laporan palsu yang dilakukan Afdrya, sejauh ini belum bisa dipastikan. Karena pihak keluarga mereka meminta kasus ini diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
"Karena tidak ada yang rugi dalam hal ini. Kaca mobil dia pecah yang mecahkan dia sendiri. Jadi yang rugi dia sendiri. Pihak keluarga kemarin meminta untuk diselesaikan dengan cara kekeluargaan saja," tukasnya.
Sementara itu, Kapolresta Barelang Kombes Pol Helmy Santika mengatakan, terkait permasalahan ini seharusnya memang diporses.
Karena sudah melakukan pembohongan dan menganggap seolah bermain-main dengan hukum. Namun kembali lagi kepada penyidiknya, apakah dia punya hati nurani atau tidak.
"Polisi juga manusia, punya rasa punya hati. Kita lihat, dia juga situasinya lagi butuh uang. Gak mungkin kita persulit. Ya tergantung penyidiknya saja," singkat Helmy. (*)