Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Ini Tak Malu Meski Dihina Sebagai Tukang Tambal Ban

di luar jam kerjanya ia juga dikenal punya pekerjaan sampingan sebagai seorang tukang tambal ban.

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
zoom-in Polisi Ini Tak Malu Meski Dihina Sebagai Tukang Tambal Ban
Tribun Timur/ Fahrizal Syam
Aiptu Mustamin (57), anggota Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polsek Ujung Pandang. Pria kelahiran Bone, 7 Juni 1959 ini tak hanya sebagai seorang polisi, di luar jam kerjanya ia juga punya pekerjaan sampingan sebagai seorang tukang tambal ban. 

Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Aiptu Mustamin (57), anggota Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polsek Ujung Pandang. Pria kelahiran Bone, 7 Juni 1959 ini tak hanya sebagai seorang polisi, di luar jam kerjanya ia juga dikenal punya pekerjaan sampingan sebagai seorang tukang tambal ban.

Mustamin merupakan lulusan SPN Batua (dulu bernama Secatwami Akabri) tahun 1979, setiap harinya ia menunggu pengendara yang ban kendaraannya bocor untuk ditambal, di Jl Amanagappa, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Usaha tambal ban milik Mustamin tak ia kerjakan sendiri. saat sedang bertugas di kepolisian, dia mempercayakan kepada teman-temannya yang bekerja sebagai tukang becak.

Hasilnya kemudian ia bagi dengan para tukang becak yang menambal ban saat ia sedang tak ada. Harga setiap kebocoran yang ditambal adalah Rp15 ribu, Rp7000 untuknya, dan sisanya untuk tukang becak kawannya.

Setiap pagi, sebelum ke tempat kerjanya, Ia terlebih dahulu akan mampir untuk memasang peralatan tambal bannya, termasuk pompa udara.

Setelah itu ia akan memulai rutinitasnya sebagai seorang polisi dengan mengatur lalu lintas di bebarapa ruas jalan di kota Makassar., lalu menuju ke Mapolsek Ujung pandang.

Berita Rekomendasi

Sepulang kerja, ia akan langsung mampir ke tempat tambal bannya itu. Ia hanya melepas seragamnya laliu disimpan di sebuah kios kecil. Kios itu yang juga dipakai untuk istrinya berjualan kopi.

Selama menekuni pekerjaannya sebagai seorang polisi dan tukang tambal ban, banyak pengalaman yang tak bisa dilupakan oleh Mustamin, salah satunya adalah ucapan keponakannya yang merasa malu melihat sang paman nyambi jadi tukang tambal ban.

"Dulu ada kemanakan saya, ia bilang malu lihat saya bekerja sebagai tukang tambal ban, dia bilang polisi kok cungkil-cungkil ban,apa gajinya tidak cukup. Saya cuma bilang, kalau malu jangan lihat saya, silahkan hina saya, yang penting jangan sakiti saya," kenang dia.

Mustimin yang akan pensiun dari kepolisian tahun depan ini, mengatakan saat ini telah banyak yang mengenal sosoknya sebagai seorang tambal ban.

"Banyak yang sudah tahu, biasanya teman-teman polisi juga ke sini untuk tambah angin ban kendaraannya, kita selalu bercanda-bercanda," kata dia.

Bagi dia, lebih baik menjadi seorang polisi tukang tambal ban, daripada menjadi oknum polisi yang kerap mengerjai masyarakat dengan melakukan pungli.

"Lebih baik saya begini, karena selama ini citra polisi di mata masyarakat itu sudah buruk, ada yang pungli dan sebagainya, karena orangtua saya berpesan, juangan pernah memakan uang yang tiak jelas," kata dia.

Ada tiga hal yang selalu dipegang teguh oleh Mustamin yaitu kejujuran, kesabaran dan melaksanankan segala perintah Allah. "Jika kita jujur dan selalu menjalankan perintah Allah, kita pasti akan diberi jalan." pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas