Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

'Sungai Kapuas Punye Cerite' Film Animasi Kearifan Lokal Pontianak

Di Indonesia, kreatifitas animator-animator dalam negeri sendiri, mulai beranjak menghiasi layar kaca.

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Wahid Nurdin
zoom-in 'Sungai Kapuas Punye Cerite' Film Animasi Kearifan Lokal Pontianak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Cuplikan scene dalam Trailer Film Sungai Kapuas Punye Cerite . Karya animator Pontianak, M Farisa Felani. 

Tak mudah bagi Faris dalam menggarap film ini, sejumlah hambatan di hadapinya. Menurutnya selama ini ia kerap kewalahan, oleh karena cenderung menggarap film tersebut sendiri.

"Hambatannya mungkin kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia), karena selama ini penggarapan teknis masih sendiri, walaupun ide cerita dibantu kawan-kawan yang lain, seperti Bang Dwi Bebeck, konten cerita dan music director. Tapi yang lebih sulit sih teknis," paparnya.

Film animasi ‘Sungai Kapuas Punye Cerita’ ini nantinya akan menceritakan kehidupan sosial masyarakat, isu-isu tentang kebersihan, rencana pemerintah ke depan, di tepian Sungai Kapuas.

"Harapan-harapan masyarakat di tepian sungai nanti juga masuk di cerita film ini," jelasnya di dampingi istrinya, Uci Lestari (26) yang tengah mengandung tujuh bulan anak pertamanya.

Dalam menggarap trailer film animasi Sungai Kapuas Punye Cerite yang berdurasi satu menit 13 detik, Faris membutuhkan waktu selama dua pekan.

"Seminggu itu untuk kami jalan-jalan untuk melihat kesehariannya, seminggu lagi untuk teknisnya," terangnya.

Membuat tampilan animasi menarik tidak lah mudah, proses panjang dilakukan Faris. Mulai dari tahapan menentukan ide dasar apa yang mau diangkat di dalam cerita. Dilanjutkan dengan setting latar belakang (background) cerita.

BERITA TERKAIT

"Setting dimana karakter bermain di situ. Kemudian baru penokohan, karakter-karakternya, itu tahap akhir," katanya.

Dari tahapan tersebut, menurut Faris yang paling lama untuk menentukan dan membuat setting latar belakang. Karena mencakup banyak tempat yang akan menjadi background.

Bersama istrinya, Faris kerap melakukan survey dan riset kecil di sekitar tepian Sungai Kapuas, untuk mengetahui kebiasaan dan kehidupan masyarakat sekitar, agar benar-benar dapat disematkan dalam animasi yang dibuatnya.

"Survey ada, jalan-jalan dulu, mengenal keseharian masyarakat di situ, kebiasaan warga, elemen-elemen ini nanti yang akan dimasukan," ujarnya

Membuat gambar digital bergerak, Faris terbiasa menggunakan software Cinema 4D Studio versi 13 dan ditambah dengan program animasi Blender. Untuk pembuatan setting ia menggunakan Cinema 4D, sementara untuk karakter Faris lebih mudah menggunakan software Blender.

"Karena dua program itu punya spesifikasi masing-masing, kemampuan yang berbeda," jelasnya.

Faris membagikan tips mudah untuk membuat desain. Menurutnya, diperlukan pengenalan tempat untuk membuat setting animasinya, kemudian mendokumentasikan elemen yang ada di wilayah tersebut seperti kayu, rumah, tong air, dan lainnya. Yang akan menjadi material di dalam masing-masing objek, agar terlihat lebih nyata.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas