Dentuman Meriam Paralon Berbahan Spiritus Mulai Ramai di Pontianak
Dentuman meriam bambu dan karbit jelang Ramadan di Pontianak ditransformasikan anak-anak menjadi lebih praktis.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dentuman meriam bambu dan karbit jelang Ramadan di Pontianak ditransformasikan anak-anak menjadi lebih praktis.
Mereka tak lagi menggunakan meriam bambu dan karbit, tapi menggantinya dengan meriam dari pipa paralon berbahan bakar spiritus. Dentuman meriam yang dimainkan anak-anak sudah mulai banyak terdengar.
Di Gang Melati 3, Jalan Prof M Yamin, tampak sedikitnya sepuluh anak tampak bermain meriam berbahan pipa paralon dengan bahan bakar spiritus.
Hendri (13) dan sembilan rekannya menyebut meriam yang dimainkannya sebagai meriam spiritus.
Meriam mainan mereka tampak sederhana, panjang sekitar satu hingga 1,5 meter. Di dalam paralon disusun kaleng bekas susu. Di ujung terdapat sambungan dari bahan potongan botol cairan pemutih.
Di tutup botol cairan pemutih tersebutlah, Hendri dan rekan-rekannya, memasang alat pemicu api magnetik dari bekas korek api gas.
"Namanya meriam spiritus, bahan bakarnya spiritus. Bahan meriamnya dari paralon, di dalamnya diisi tiga kaleng susu," ungkap Hendri kepada tribunpontianak.co.id, Jumat (3/6/2016).
Dilihat sekilas, mainan anak-anak ini terlihat lebih aman jika dibandingkan dengan meriam bambu yang berbahan bakar minyak tanah.
Hendri mengakui, setiap tahunnya menjelang hingga sepanjang bulan suci Ramadan, ia kerap memainkan meriam tersebut bersama anak-anak lainnya di kawasan itu.
"Mainnya jelang bulan Ramadan, sampai menjelang Hari Raya Idul Fitri," ujar dia.
Andika Saputra (12) menambahkan dahulu sering memainkan meriam bambu. Lantaran sulit menemukan bambu saat ini, ia dan rekan-rekannya menggantikan bambu dengan paralon.
"Karena cari bambu susah sekarang, kalau meriam bambu ndak bisa dibawa kemana-mana, tapi kalau meriam spiritus ini bisa dibawa kemana-mana," sambung Andika.
Sementara meriam karbit kini cenderung dimainkan warga yang berusia dewasa. Biasanya dibunyikan pada bulan Ramadan, terutama di wilayah tepian Sungai Kapuas.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.