Karya Seni Film Animasi Lokal Kalbar Luar Biasa
Pegiat Seni Teater Kalbar, Joseph Odillo Oendoen menuturkan, sejak 20 tahun silam hingga saat ini, khusus seni teater cukup berkembang
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pegiat Seni Teater Kalbar, Joseph Odillo Oendoen menuturkan, sejak 20 tahun silam hingga saat ini, khusus seni teater cukup berkembang di Pontianak. Baik kelompok-kelompok atau sanggar teater, maupun karya teaternya.
"Untuk generasi kita sendiri yang berkiprah di tingkat nasional, khususnya di perfilman, sebetulnya bukan hal yang baru."
"Kita sudah memiliki pemain-pemain yang cukup diperhitungkan, ada Piet Pagau, kemudian aktor sekaligus penulis skenario Jeremias Nyangoen, lalu ada Jerry Oktavianus yang aktor sekaligus make up man," ungkapnya saat ditemui di Rumah Adat Betang, Selasa (7/6/2016)
Ia melihat, perkembangan sangat luar biasa terlihat beberapa waktu ini, baik dalam film cerita yang memuat konten lokal.
Ditambah dengan adanya film animasi yang mengangkat kearifan lokal.
"Luar biasa, artinya dengan kemampuan peralatan dan segala macam, tapi teman-teman ini bisa mewarnai, khususnya untuk nasional," katanya.
Dunia film, menurutnya tak terlalu jauh dengan dunia teater. Terutama menyangkut pelaku, baik pemeran ataupun penggarap dan penulis. Karena teater juga berangkat dari bahan baku naskah.
"Di film juga memerlukan pemain, saya pikir pemain yang bagus itu tetap berangkat dari teater."
"Melihat perkembangan akhir-akhir ini, kita pantas untuk mengacungkan jempol bagi teman-teman, yang berangkat dari apa adanya, tapi sudah mampu berbicara di tingkat lokal hingga nasional," urainya.
Jika berbicara mengenai kearifan lokal, Joseph menilai sangat banyak yang belum tergali.
Ia bahkan sempat berpikir, bagaimana rekan-rekannya yang menggeluti dunia seni peran, dapat bersama menggali kekayaan lokal yang ada.
"Banyak sekali, bukan berarti kita harus anti dengan cerita-cerita nasional, tetapi cerita-cerita kita di sini sendiri, begitu luar biasa belum tersentuh," ujar pria yang juga Ketua Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda) Kalbar.
Dalam berproses di dunia seni peran selama ini, Ia sendiri mencoba mengangkat cerita-cerita daerah, dengan kekayaan yang dimiliki.
Walaupun ia khusus berbicara dalam dunia teater, sampai sekarang ia belum menemukan teater tradisional khusus untuk konten dayak.
"Tapi kalau cerita, kita berangkat dari situ dulu, kalau format untuk teater dayaknya itu seperti apa, proses itu nanti akan berjalan dengan sendirinya, ceritanya itu yang kita angkat," paparnya.
Di Sanggar Dapur Teater selama 30 tahun ini ia menggali kekayaan konten lokal yang ada. Baik dalam naskah penulisan, materi hingga dalam pementasan.
Melihat adanya film animasi yang mengangkat kearifan lokal, karya M Farisa Felani, ia melihat kondisi ini dapat terus dikembangkan agar dapat bersaing dengan konten lokal dari negara tetangga.
"Walaupun Upin Ipin itu juga karya anak Indonesia juga, tapi di produksi di Malaysia."
"Saya pikir ini bukan hanya di televisi saja, tapi kebutuhan anak-anak, termasuk cucu saya sendiri, kalau buka Hp yang ditonton itu Upin-Ipin," ungkapnya.
Ia mengapresiasi kepada pegiat film baik film cerita, dokumenter maupun animasi yang selama ini telah banyak berupaya mengangkat konten lokal Kalbar.
"Berarti ada perkembangan. Yah mau tidak mau, bukan berarti kita harus mengemis kepada pemerintah."
"Tapi memang sangat pantas bagaimana pemerintah memberikan apresiasi dan ruang dan tempat, sehingga anak dan cucu, generasi kita tidak hanya melihat Upin-Ipin," ujarnya.
Namun, apa yang kita buat dapat mengangkat kearifan lokal kita sendiri, yang dapat menjadi pembelajaran dan kebanggan kita.
Apalagi dalam perkembangannya nanti, juga dapat mengangkat kearifal lokal daerah lain, tidak hanya seputar Sungai Kapuas.
"Saya pikir tidak bisa kita remehkan peran pemerintah. Pasti ada tantangan yang kita hadapi dalam Masyarakat Ekonomi Asean ini, masalah adanya serangan itu sah-sah saja."
"Yang sampai sekarang anak-anak kita, buka Hp apa yang dilihat, Upin-Ipin, inikan salah satu bagian, kita diserbu dengan konten luar negeri," jelasnya.
Sehingga, dengan adanya karya-karya yang dibuat para pegiat seni di Kalbar selama ini.
Pemerintah Daerah melalui intansi terkait juga dapat terlibat untuk memberikan dorongan dan ruang. Agar apa yang kita miliki, menjadi bagian dari kebutuhan kita.
Joseph menambahkan, cenderung belum diperlukan untuk menyatukan pegiat seni yang ada. Agar apa yang dibuat lebih bervariatif.
"Seperti sekarang ini, teman-teman variatif, dengan versinya masing-masing," tegasnya.
Ia mengakui, kurangnya ada rumah produksi di Kalbar, yang menyulitkan para pegiat seni untuk memproduksi lebih serius karya seni seperti film atau produk sinematografi lainnya.
Apresiasi masyarakat menurutnya juga sudah cukup baik. Namun perlu untuk ditingkatkan, tidak hanya pengakuan namun dapat memberikan dukungan dengan membeli karya-karyanya, baik dalam bentuk DVD original, atau membeli tiket saat akan menonton filmnya.
"Pemerintah daerah mungkin bisa lebih tegas, dalam bentuk instruksi. Jadi bukan hanya imbauan, agar masyarakat benar-benar menghargai karya para pelaku seni, kan tentunya itu berbiaya yang tidak sedikit," sambungnya.