Bupati Banyuwangi akan Naikkan Honor Anggota Pemberdayaan Perempuan dan Anak
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, akan menaikkan honor bagi anggota P2TP2A, yang kinerjanya khusus menangani kasus perempuan dan anak.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Surya, Haorrahman
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Setelah membentuk Banyuwangi Children Centre (BCC), kerja Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Banyuwangi kian meningkat.
Ini karena, BCC ternyata sangat efektif untuk menangani kasus kekerasan terhadap anak.
Karena itu, Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, akan menaikkan honor bagi anggota P2TP2A, yang kinerjanya khusus menangani kasus perempuan dan anak.
"Ini sebagai bentuk penghormatan kami. Karena kerja mereka yang saat ini tambah banyak," kata Anas, Selasa (14/6/2016) malam.
Anas mengatakan, BCC yang dibentuk oleh Pemkab Banyuwangi, ternyata mendapat respon positif. Banyak pihak yang melaporkan masalah anak. Bahkan anak-anak bisa langsung mengirim keluhan/permasalahan ke BCC.
Rata-rata tiap hari BCC mendapat empat sampai lima informasi terkait masalah anak. Namun dari sekian banyak informasi yang masuk, terdapat sekitar 10 kasus yang membutuhkan penanganan serius.
"Ketika ada informasi masuk, tim langsung menanganinya. Camat, Lurah, UPTD terkait, langsung merespon. Muaranya akhirnya pada P2TP2A. Karena itu sebagai apresiasi, akan kami tambah honor mereka," kata Anas.
Sejak diluncurkan 21 Mei lalu, BCC mendapatkan tanggapan positif dari warga Bumi Blambangan. Tidak hanya warga dewasa yang mengadukan perlakuan kekerasan terhadap anak yang terjadi di sekitar lingkungannya, BCC juga menjadi tempat aduan langsung dari anak-anak yang mengalami permasalahan.
Seperti aduan dari anak perempuan yang masih kelas 6 SD, di Wilayah Kecamatan Cluring pada Minggu (12/6). Lewat BCC, anak berusia 12 tahun itu, berharap bisa dipertemukan dengan orang tua kandungnya.
Kasus ini pun segera ditindak lanjuti oleh tim BCC di wilayah aduan berasal.
Setelah mendapatkan data dan alamat dari anak tersebut, Minggu malam itu juga, hanya selang 2 jam, camat kepala desa setempat segera mendatangi rumah dimana anak itu tinggal untuk menggali keterangan lebih lanjut.
Anak itu kini ditangani P2TP2A, terkait memahamkan tentang siapa orang tuanya. Karena, untuk melakukan hal tersebut butuh pendamping khusus atau semcam konselor yang bisa menyampaikan sesuai dengan kondisi anak tersebut.
Selain kasus tersebut seminggu sebelumnya BCC juga menerima laporan dari siswi lulusan Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang ingin melanjutkan pendidikan setara SMA namun terbentur biaya. Anak yatim piatu tersebut mengirim pesan pendek ke BCC tentang kondisinya yang tinggal bersama kakek dan nenek-nya yang pemulung.
Laporan langsung ditindaklanjuti kecamatan dan Dinas Pendidikan untuk mendapatkan solusinya. Anak tersebut sekarang langsung didaftarkan ke SMK Puspa Bangsa Cluring, dan langsung mendapatkan orang tua asuh yang bersedia menjamin pendidikannya hingga perguruan tinggi.
"BCC ini salah satu upaya untuk mengantisipasi dan menangani kekerasan anak. Ternyata responnya sangat positif," kata Anas. (ook)