Pelaku Usaha Penukaran Uang Takut Dijambret
Selama 20 tahun terakhir tinggal di Bandung, baru kali ini Butet (20) mencoba menyediakan uang rupiah pecahan kepada pengguna jalan.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Selama 20 tahun terakhir tinggal di Bandung, baru kali ini Butet (20) mencoba menyediakan uang rupiah pecahan kepada pengguna jalan.
Ia tak peduli kepanasan dan kehujanan selama menjadi pelaku jasa penukaran rupiah di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, sejak Jumat (17/6/2016).
Saudaranya mengajak Butet ikut membantunya menyediakan uang rupiah pecahana kepada warga yang membutuhkan. Uang hasil jeri payahnya Butet gunakan untuk menambah pemasukan sehari-hari.
"Pemasukan memang tidak tentu. Paling besar Rp 50 ribu, paling kecil Rp 25 ribu," cerita Butet.
Ia sempat merasa cemas profesi barunya mengundang orang berbuat jahat, entah dijambret, dihipnotis atau menjadi korban uang palsu.
"Rasa takut pasti ada, karena pada tahun lalu ada yang kena hipnotis. Uangnya hilang Rp 30 juta. Makanya selalu waspada saja," imbuh Butet.
Butet mendapatkan keuntungan Rp 5.000 dari setiap penukaran, minimal Rp 100 ribu untuk berbagai jenis pecahan. Keuntungan itu masih harus ia setorkan kepada penyedia uang.
"Jadi bukan modal sendiri, saya cuma dititipkann. Nanti setiap hari keuntungan disetor. Dari Rp 5 ribu, saya dapat Rp 2 ribu," terang Butet.
Selama tiga hari menawarkan pecahan rupiah, Butet mendapatkan pengalaman yang belum pernah ia rasakan selama ini sebagai ibu rumah tangga. Ia harus berkompetisi dengan orang seperti dirinya.
Pernah Butet kesal karena acapkali pengendara atau warga datang mendekat untuk bertanya soal pecahan rupiah yang ditawarkan. Sudah menawar tapi tidak jadi transaksi.