Mantan Murid Beberkan Tiga Alasan Guru Silat Mereka Sesat
Mantan pengikut Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman melaporkan guru mereka, DZA, atas dugaan ajaran sesat ke Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Mantan pengikut Lembaga Seni Bela Diri Hikmatul Iman melaporkan guru mereka, DZA, atas dugaan ajaran sesat ke Majelis Ulama Indonesia Jawa Barat.
Menurut mereka, ada tiga hal yang mendorong bekas murid silat LSBDHI menuding ajaran yang disebarkan DZA menyimpang dari ajaran agama Islam.
"Pertama tentang adanya paham meragukan Alquran, kami ada buktinya. Dia menyatakan mushaf Alquran saat ini 60 persen palsu," ujar Muhammad Jepri (38), Senin (20/6/2016).
Warga Jalan Pangeran Hidayatullah, Cianjur, ini pernah mendengar mantan gurunya mengatakan mushaf Alquran banyak macamnya. Mushaf Alquran di Indonesia merujuk mushaf Usmani yang dipakai di Arab Saudi.
Sedangkan di Iran atau Mesir mempunyai mushaf sendiri. Ketika ditanya mana yang benar, DZA menganjurkan muridnya untuk mencari sendiri.
"Ada upaya memunculkan keraguan terhadap mushaf yang ada sekarang," imbuh Jepri.
Kedua, DZA mengubah salat menjadi zolthas atau salat yang hilang dan dipelajari dari Nabi Adam. Menurut DZA salat yang benar itu tanpa bacaan atau biasa disampaikan dengan sebutan ritual salat tanpa bacaan. Setiap gerakannya memiliki nama sendiri.
Terakhir, DZA mengubah citra para nabi seolah tokoh science fiction seperti di film. Jepri pernah mendengar DZA mengatakan Nabi Adam masih hidup dan sedang terbang menggunakan pesawat super canggih di galaksi.
Sedangkan Nabi Muhammad, sambung Jepri menurut DZA, keturunan bangsa Lemurian yang memiliki teknologi tinggi.
"Kami punya banyak rekaman, diskusi di grup WhatsApp, diskusi di internet, termasuk juga rekaman audio," kata dia.
Ia tidak mempersoalkan LSBD HI kini berubah nama menjadi Lanterha the Lemurian Meditation. Mantan pengurus LSBD HI Kabupaten Cianjur ini lebih mempersoalkan ajaran DZA sebagai guru utama.
Jepri mendukung LBSD HI tidak lagi menunjuk DZA sebagai guru. Kekhawatirannya beralasan, ajaran yang ada sudah masuk ke berbagai sekolah dan perguruan tinggi.
"Bahkan sudah sampai Riau dan Depok. Kami khawatir melihat perkembangannya karena aksesnya meluas dan paham ini tidak terlalu kelihatan karena menyebar melalui online," ujar Jepri.
Diyakini pengikut DZA sudah mencapai ribuan dan sudah masuk kategori nasional. Meski tak memliki angka valid, Jepri memperkirakan jumlahnya mencapai empat ribu, berdasar kegiatan di Bali beberapa waktu lalu.
"Selain itu, setelah kami laporkan ke MUI Jabar, mereka bisa menggalang petisi online yang pendukungnya mencapai 1500 orang," ujar Jepri.