Seminar di Madiun, Ini Kata Gus Ipul soal Tantangan Besar Indonesia
Wagub Jatim ini menyatakan kekhawatirannya terhadap masa depan Indonesia mengingat rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Tantangan sebagai bangsa yang besar adalah apakah Indonesia mampu merawat, memelihara dan mempertahankan Pancasila sebagai warisan nilai-nilai luhur budaya bangsa di masa mendatang.
Dan, tantangan utama itu harus disikapi serius oleh generasi muda saat ini yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa.
Demikian ditegaskan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf pada pembukaan seminar dan buka bersama dengan thema “Memperkuat Pancasila Di Tengah Arus Modernisasi Dengan Melaksanakan Sila-Silanya”, di Universitas Katolik Widya Mandala (UNWIMA), Madiun, Selasa (21/6/2016).
Hadir sebagai pembicara adalah, DR H Parji MPd (Rektor IKIP PGRI Madiun), Hermawi Taslim (Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Republik Indonesia – Forkoma PMKRI) dan AM Putut Prabantoro (Ketua Gerakan Ekayastra Unmada – Semangat Satu Bangsa).
Seminar dipandu oleh Tri Agung Kristanto (Waredpel Harian Kompas).
Gus Ipul, panggilan akrab Saifullah Yusuf, menjelaskan bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memengaruhi cara pandang masyarakat terutama generasi muda terhadap nilai-nilai luhur budaya warisan para leluhur atau pendiri bangsa.
Nilai luhur yang dimaksud menurut Gus Ipul, salah satunya adalah gotong royong dengan asas kekeluargaan yang merupakan perwujudan nyata dari pelaksanaan sila-sila Pancasila.
Gotong royong yang merupakan tradisi budaya saling menghormati, saling menghargai dan bertoleransi dalam konteks kerjasama untuk tujuan bersama, harus senantiasa dihidupkan dan dijaga keberlangsungannya.
Gotong royong dalam bidang ekonomi diwujudkan dalam bentuk koperasi, gotong royong bidang politik diwujudkan dalam bentuk musyawarah.
“Oleh karena itu, hanya Pancasilalah yang mampu menghadapi tantangan globalisasi."
"Pancasila sudah diakui oleh banyak kepala negara ataupun negara yang mampu menjadi penengah dari berbagai kekuatan ataupun kepentingan yang bertentangan."
"Bisa dilihat Irak atau Suriah yang sekarang hancur lebur karena tidak memiliki nilai perekat sebagai suatu bangsa,” ujarnya.
Hanya saja Wagub Jatim itu menyatakan kekhawatirannya terhadap masa depan Indonesia mengingat rendahnya kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Hanya 11 juta orang Indonesia yang berpendidikan di atas SMA dan sebagian besar berpendidikan SD-SMP.
Selain itu, kelemahan sumberdaya manusia adalah kurang disiplin.
Membangun sebuah bangsa yang besar diperlukan kedisiplinan yang tinggi.
Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Widya Mandala, Dra Francsisca Mudjijanti MM dalam pidato sambutannya menegaskan bahwa tanpa melihat latar belakang yang ada, sebagai bangsa yang besar Indonesia harus bersama-sama menjaga Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa yang tak tergantikan.
Adalah penting dunia pendidikan terus menanamkan pemahaman dan pengertian agar jiwa dan semangat Pancasila tidak mati dalam masa mendatang.(*)