PSK Dolly Beroperasi Kembali, Manfaatkan Bangunan Bekas Wisma
Bangunan bekas wisma di eks lokalisasi Dolly ternyata masih beroperasi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Bangunan bekas wisma di eks lokalisasi Dolly ternyata masih beroperasi.
Mucikari dan wanita penghibur memanfaatkan bangunan tak terawat itu untuk menjalankan bisnis prostitusi.
Anggota Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya membongkar jaringan prostitusi di bekas wisma 24, Jumat (24/6/2016) dini hari.
Tim pimpinan AKP Ruth Yeni menangkap dua orang diduga baru melayani pria hidung belang di bangunan tiga lantai ini.
"Kami masih memeriksa mereka sebagai saksi. Kami masih memburu mucikarinya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Shinto Silitonga.
Belum diketahui pemilik bangunan ini. Secara kasat mata, bangunan eks wisma ini tidak terawat.
Bahkan bagian depannya sering tertutup sehingga tidak terlihat aktivitas di dalam bangunan.
Pria hidung belang yang ingin mendapat pelayanan dari wanita penghibur harus lewat pintu samping.
Pria hidung belang tidak perlu berpikir memarkir kendaraannya karena biasanya mucikari memarkir motor pria hidung belang di sekitar gang. Sedangkan untuk mobil diparkir di pinggir jalan.
Shinto menambahkan modus prostitusi di eks Dolly ini hampri sama dengan saat Dolly masih beroperasi.
Mucikari menawarkan anak buahnya dengan cara melambaikan tangan.
Pria hidung belang yang tertarik penawaran ini bisa langsung bernegosiasi dengan mucikari ini.
Setelah harga cocok, mucikari langsung menghubungi anak buahnya.
Menurut Shinto, harga wanita penghibur di eks lokalisasi Dolly sekitar Rp 250.000.
Mucikari mendapat bagian Rp 100.000. Sedangkan wanita penghibur mendapat bagian sebesar Rp 150.000.
"Kami menyita uang sebesar Rp 550.000, dan puluhan kondom dari bangunan itu," tambahnya.
Shinto belum mengetahui ada berapa bangunan yang disalahgunakan untuk prostitusi di eks lokalisasi Dolly tersebut.
Pihaknya baru mendapat informasi hanya eks wisma 24 yang disalahgunakan untuk prostitusi.
"Kami masih memantau kawasan itu. Surabaya harus bersih dari prostitusi," terang Shinto.