Pemilik Warung Bakso Keju Tak Menyangka Gara-gara Medsos Tempat Usahanya Dilempari Batu
Sabtu (9/7/2016), sekitar pukul 00.15 WIB, puluhan pemuda menggoyang pagar serta melemparkan batu ke arah rumah sekaligus tempat usahanya.
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Pemilik usaha Bakso Keju, Samsul menceritakan kronologis warung bakso miliknya didatangi massa.
Sabtu (9/7/2016), sekitar pukul 00.15 WIB, puluhan pemuda menggoyang pagar serta melemparkan batu ke arah rumah sekaligus tempat usahanya.
"Saya tidak menduga, tiba-tiba kemarin malam ramai pemuda datang. Mereka goyang-goyang pagar dan melemparkan batu ke rumah kami," katanya kepada Tribun Medan, Minggu (10/7/2016).
Awalnya Samsul enggan berjumpa dengan puluhan pemuda itu. Apalagi, mereka bertariak sekaligus melontarkan kalimat yang menyatakan komposisi bakso berasal dari daging tikus.
"Kami panik, tidak mau keluar rumah karena pemuda brutal. Jadi kami menunggu kepala lingkungan dan kepala desa datang baru buka pagar rumah. Kemudian, saya menelepon polisi," ujarnya.
Berdasarkan keterangan beberapa pemuda, mereka dapat informasi bakso tikus dari media sosial. Bahkan, pada media sosial tersebut tertulis usaha Bakso Keju dipasang garis police line.
"Tadi pagi, saya ke Polsek Medan Labuhan untuk memperlihatkan isi BBM yang beredar. Entah, kapan ada dipasang police line sedang polisi saja tidak pernah datang ke tempat usaha kami," katanya.
"Besok, Senin (9/7/2016), kami ke BPOM untuk mengecek komposisi makanan. Agar pelanggan tahu dan tidak ragu. Saya pengin bersihkan nama tempat usaha ini dulu," tambahnya.
Ia mengklaim, sudah delapan tahun berjualan bakso. Namun, baru sekarang dapat isu yang tidak bagus. Padahal usahanya masih kecil alias tidak besar.
"Kami usaha di dalam gang. Saya dari kecil di sini, semua keluarga saya di sini. Bukan pendatang. Kami tetap jualan saja, kami enggak ada masalah. Tadi sudah lapor ke polisi. Yang jadi ketakutan adalah sikap anarkis pemuda," katanya.
Dia mengungkapkan, tidak menduga kekuatan medsos. Meskipun demikian, dia akui harga satu porsi bakso relatif murah dibandingkan pedagang lainnya.
"Satu porsi Rp 5.000 dan Rp 7.000. Tapi komposisi baksonya minim dibandingkan bakso lainnya. Porsinya lebih sedikit. Kalau bakso keju itu dari keju biasa, kemudian diparut dan dicampur tepung. Sedangkan, bakso daging bukan pakai daging sapi tapi daging ayam digiling," ujarnya.
Ia beralasan, menjual bakso murah karena dekat sekolah. Karena itu, harga bakso disesuaikan dengan jajan anak sekolah. Apalagi, komposisi bakso dan mi lebih sedikit dibandingkan pedagang bakso lainnya. (tio/tribun-medan.com)