Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Guru di Flores Timur Banyak yang Sibuk dengan Urusan Sosial

Hingga saat ini urusan-urusan sosial masih membelenggu kehidupan guru-guru di Kabupaten Lembata.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Guru di Flores Timur Banyak yang Sibuk dengan Urusan Sosial
Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Frans Krowin

TRIBUNNEWS.COM, LEWOLEBA - Hingga saat ini urusan-urusan sosial masih membelenggu kehidupan guru-guru di Kabupaten Lembata. Mereka sibuk mengurus pernikahan, sambut baru, urusan adat dan masih banyak lagi.

Demikian diungkapkan Sekretaris Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Lembata, Apolonaris Mayan, saat membuka Seminar Karya Ilmiah Guru dan Tenaga Kependidikan Tingkat Kabupaten Lembata di Aula SD Inpres I Lewoleba, Jumat (22/7/2016).

Seminar itu dihadiri sekitar 100 guru dari berbagai sekolah di Lembata. Hadir pula Ketua Asosiasi Guru Penulis Nasional (Agupena) Nusa Tenggara Timur, Thomas Sogen, dan ketua PGRI Kabupaten Lembata, Yoakhim Nuba Baran.

Dikatakannya, keberadaan guru yang masih dibelenggu oleh berbagai urusan non kependidikan tersebut menimbulkan berbagai dampak ikutan. Pertama, guru sering mengeluh, kedua, guru kesulitan uang, guru semakin sibuk dan lainnya.

Itu belum termasuk semakin kurang membaca, juga tak bisa mengembangkan kemampuan untuk bidang tulis menulis. Padahal, salah satu persyaratan kenaikan pangkat bagi para guru, adalah memiliki tulisan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pihaknya memberi apresiasi atas terbentuknya Agupena Kabupaten Lembata, karena wadah itu ikut membangkitkan semangat dan motivasi para guru untuk menulis.

Berita Rekomendasi

Bila guru mampu menulis, berarti sirkulasi kemampuannya dapat melecutkan perubahan bagi anak didik.

Saat ini, kata Apolonaris, perubahan terjadi demikian cepat. Perubahan itu harus segera disikapi oleh setiap guru.

Guru harus sadar bahwa perubahan menuntut agar guru bisa menjadi agen bagi perubahan tersebut.

Apol menambahkan, yang terjadi di Lembata tidak demikian. Guru masih sulit menyesuaikan diri dengan perubahan. Sebab guru masih sibuk dengan berbagai urusan non kependidikan.

Pesan Apol, guru-guru barangkali perlu merefleksi diri, melihat kekurangan, kelemahan yang ada dalam diri. Bila spirit introspeksi ini sering dilakukan, pihaknya optimis guru-guru akan semakin hebat memimpin anak didik melakukan perubahan.

"Coba kita sedikit memejamkan mata kemudian melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan selama ini. Apakah kita sudah menjadi pendidik yang baik, yang mampu melakukan berbagai hal sesuai tuntutan aturan? Apakah kita bisa menulis sesuai syarat kenaikan pangkat yang terjadi saat ini? Seperti apa jawaban, Anda sendiri yang tahu semua itu," ungkap Apol yang terus membakar semangat para guru.

Ia berharap, seminar Agupena yang makin sering diselenggarakan di Lembata, bisa menjadi jembatan emas bagi para guru dalam berkarya.

Karya guru merupakan obor bagi anak-anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada waktu-waktu mendatang.

Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas