Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ada Luka Lebam di Wajah, Keluarga Tak Percaya Idham Kholid Menyerang Polisi

Sukirman ayah korban tak menyangka Idham Kholid tewas dalam kondisi mengenaskan.

Penulis: Dedi Nurdin
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ada Luka Lebam di Wajah, Keluarga Tak Percaya Idham Kholid Menyerang Polisi
IST
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Suasana duka masih terlihat di rumah tinggal Idham Kholid di RT 08 Desa Tangkit Lama, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi.

Suasana senyap terlihat di depan rumahnya yang berada tak jauh dari lokasi Pondok Pesantren An Nur.

Tenda duka masih terpasang di depan rumah. Beberapa tetangga mengenakan peci duduk di depan rumah.

Sementara di ruang tamu beberapa kerabat korban masih duduk bersender. Bercerita tentang Idham Kholid yang baru beberapa jam lalu dimakamkan di TPU tak jauh dari tempat tinggalnya.

Nyawa Idham tak tertolong akibat luka peluru senjata api yang mengenai bagian kepalanya.

Meski sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, pria yang dikenal sebagai guru ngaji ini mengembuskan nafas terakhir, Senin (25/7/216) dini hari.

BERITA TERKAIT

Jenazahnya lantas dimakamkan Senin pagi sekitar pukul 09.00 WIB. Proses pemakamannya juga dihadiri beberapa petinggi Polda Jambi.

Sukirman ayah korban tak menyangka Idham Kholid tewas dalam kondisi mengenaskan. Pasalnya ia tak mendapat firasat buruk sebelum kejadian itu menimpa putra pertamanya.

"Tahunya pagi sewaktu di kebun ibunya juga di kebun katanya anak saya dilarikan ke rumah sakit. Tertembak di kepala maka itu kami langsung ke rumah sakit waktu itu," katanya dengan nada lirih saat dikonfirmasi Tribun Jambi.

Ia mengaku tak tahu jika anaknya dianggap sebagai pelaku illegal logging yang diburu hingga tewas dengan kondisi tertembak. Pasalnya selama ini Idham yang ia tahu bekerja serabutan.

Terakhir kali ia tahu anaknya itu bekerja sebagai buruh kebun sawit di daerah Petaling.

Saat kejadian, ia mengatakan anaknya baru saja mau pulang ke rumah dengan menumpang truk pengangkut kayu.

"Karena sopirnya itu dia kenal, lagi pula subuh jadi numpang lah sama kenalannya itu," kata Sukirman.

Namun dalam perjalanan ia dibuntuti oleh pengendara sepeda motor. Karena sopir yang ia kenal itu kabur Idham Kholid pun lantas ikut lari.

"Mungkin dikira ikut-ikutan, entah bagaimana ceritanya anak saya tertembak. Itu yang kami tahu kejadiannya," kata Sukirman.

"Kalau cerita kami dapat sebelum dia meninggal dikejar sama satu motor pertamanya. Katanya polisi itu sempat mutar pistol di telunjuknya. Waktu abang tertembak sopir ini lari," timpal Maulana adik korban.

Sukirman menuturkan, ada yang janggal dengan kematian anak pertama dari empat bersaudara itu. Pasalnya di bagian wajah Idham terdapat luka lebam.

Hal ini juga dibenarkan oleh Maulana.

"Matanya itu kayak bengkak biru, payah lah mau nengok. Pipinya juga bengkak macam habis dipukuli," kata Sukirman.

Bahkan pihak keluarga menduga jika korban dipukuli terlebih dahulu sebelum tertembak. Sukirman dan Maulana serta beberapa warga di sekitar rumah pun menyangkal disebut Idham Kholid menyerang polisi.

"Gimana mau nyerang mukanya saja nampak kayak sudah lebam. Cerita yang di koran itu kami tidak yakin lah rasanya Idham melawan," kata ayahnya yang juga diiyakan oleh warga lainnya yang duduk bersama Tribun.

Meski ada kejanggalan dalam kasus kematian anak pertama dari empat bersaudara itu, Sukirman mengaku hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima jika anaknya sudah tiada.

Ia dan istrinya Sukarti tak bisa berbuat banyak. jJka memang ada kesalahan prosedur dalam penembakan anaknya atau rekayasa atas kematian Idham, pihak keluarga berharap agar pihak berwenang bisa menegakkan keadilan untuk Idham.

"Kami serahkan sama polisi, kami terima anak kami sudah meninggal, kasihan orang sudah meninggal," kata Sukirman.

Ia menuturkan di rumah Idham dikenal pendiam. Ia juga dikenal pekerja keras meski terkadang hanya bekerja serabutan.

"Seperti saya bapaknya lah kerja serabutan. Kadang disuruh nebas, bersihin kebun orang. Istilahnya tidak ada kerja tetap yang penting duit halal," kata Sukirman.

Sehari-hari di rumah pada bada Magrib Idham juga dikenal sebagai guru mengaji untuk anak-anak di sekitar rumahnya.

"Sia ngajar ngaji di rumah, muridnya anak-anak sinilah," kata Sukirman.

"Kalau saya tahunya orang sering dipanggil kalau ada orang meninggal suruh mandikan jenazah," sambung Sukirman.

Sementara menurut warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian saat di jumpai di rumah duka mengatakan, baru tahu kejadian tersebut pada pagi harinya.

"Sempat kaget paginya kok banyak polisi pakai topi kepala yang besi itu trrus bawa senjata api di depan lorong," kata warga tak mau namanya dikutip.

Ia mengaku masih tak percaya jika Idham menjadi pelaku illegal logging. Apalagi selama ini ia dikenal sebagai guru ngaji.

"Kalau melawan rasanya kurang yakin juga, orangnya tidak banyak tingkah soalnya. Dia guru ngaji," katanya lagi.

Terpisah, Kabid Humas Polda Jambi AKBP Kuswahyudi Tresnadi mengatakan penembakan yang dilakukan oknum anggota polisi sudah sesuai prosedur dan tak ada pemeriksaan lanjutan.

"Sudah sesuai prosedur, anggota di lapangan dikejar pakai golok. Sudah dilakukan tembakan peringatan tapi masih dikejar pakai golok," katanya.

"Foto barang bukti goloknya ada, posisi anggota diserang pakai golok. Sudah dikasih tembakan peringatan masih dikejar," katanya.

Ia juga mengatakan persoalan dengan pihak keluarga juga sejauh ini sudah baik. Bahkan kata AKBP Kuswahyudi pihak keluarga sudah ikhlas.

"Tadi Dir Intel sudah ke pemakaman sama kapolres Muaro Jambi," ujar dia. (dnu)

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas