Kisah Freddy Budiman Dua Kali Khatam Al Quran dan Permintaan Terakhirnya pada sang Ibunda
Penampilan Freddy saat bertemu terakhir dengan ibunya memang terlihat lebih rapi dibandingkan sebelumnya.
Editor: Robertus Rimawan
Gembong narkoba yang paling ditakuti ini ditemani seorang wanita bercadar.
Di saat-saat akhir permintaan terakhir pun disampaikan.
Jelang eksekusi gembong narkoba di Lapas Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis (28/7/2016), ada sosok yang setia menggunakan cadar menemani Freddy.
Seorang sumber yang berada di Pulau Nusakambangan mengungkapkan bila wanita bercadar yang menemani Freddy Budiman datang sekitar pukul 09.00 WIB.
"Menurut daftar kunjungan tamu, wanita itu adalah istrinya. Hingga sekarang (pukul 18.00) masih ada di sini."
"Dia bersama seorang anak perempuan usia sekitar sepuluh tahun, katanya itu anak Freddy," ujar sumber tersebut.
Permintaan terakhir Freddy ternyata telah disampaikan jauh-jauh hari.
Pengacara Freddy, Untung Sunaryo, mengatakan, permintaan terakhir Freddy tidak macam-macam.
Ia hanya meminta dimakamkan di tanah kelahirannya.
"Freddy minta dimakamkan di Surabaya. Dia berkata seperti itu," ujar Untung saat dihubungi, Rabu (27/7/2016).
Untung mengatakan, Freddy enggan mengajukan permintaan terakhir yang muluk-muluk.
Menjelang hari terakhirnya di dunia, kata Untung, Freddy pasrah dan mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
"Pada hakikatnya kan Freddy ini betul-betul sudah siap, taubat nasuha betul, sudah melepaskan semua kehidupan duniawinya," kata Untung.
Selain itu, Freddy sempat mengajukan grasi ke presiden.
Pria kelahiran Surabaya, 19 Juli 1976, itu divonis mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada 2012 karena 'mengimpor' 1,4 juta butir ekstasi dari China.
Freddy diduga masih mengatur peredaran narkotika dari balik jeruji.
Selain di Jakarta, ia juga mengedarkan ekstasi ke Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar. ( Tribunnews.com/ A Prianggoro/Kompas.com/Surya.co.id)