Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Terdampak La Nina, Petani Tembakau di Jombang Siap Merugi

Para petani tembakau di lima kecamatan utara Kali Brantas, Jombang, dan Kecamatan Bareng Jombang, was-was bakal merugi akibat dampak La Nina.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Terdampak La Nina, Petani Tembakau di Jombang Siap Merugi
Surya/Sutono
Seorang petani tembakau mencabuti tembakau yang rusak akibat La Lina, diganti dengan bibit baru. 

Laporan Wartawan Surya, Sutono

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Para petani tembakau di lima kecamatan utara Kali Brantas, Jombang, dan Kecamatan Bareng Jombang, tahun ini diliputi perasaan was-was.

Tanaman mereka rusak terkena dampak kemarau basah sebagai imbas dari La Nina. Suwarto (39) misalnya. Petani asal Kecamatan Kabuh mengaku menanam tembakau pada Juni 2016 lalu.

Harapannya, musim hujan sudah berhenti, dan berganti musim kemarau yang cukup bagus untuk tanaman tembakau. Perkiraan dia meleset. Kenyataannya, hujan masih saja terjadi hingga akhir Juli.

Akibatnya, tanaman tembakau yang baru berusia satu bulan itu rusak. Sementara tanaman yang baru berusia beberapa minggu membusuk dan mati.

"Memang tanaman tembakau itu tidak bisa kena air berlebihan. Karena akarnya bisa membusuk dan mati," ujar Suwarto kepada Surya, Jumat (29/7/2016).

Agar tidak merugi, petani harus memutar otak. Salah satunya melakukan penyulaman. Yakni, mencabuti tanaman yang mati dan mengganti dengan tembakau baru.

Berita Rekomendasi

Ini tentu pemborosan karena harus membeli bibit lagi hingga tenaga yang berlipat ganda. Sebab, penyulaman tanaman yang mati tak hanya satu atau dua kali saja, namun dilakukan hingga empat kali.

"Mau bagaimana lagi. Jika tidak dilakukan penyulaman, semua tanaman akan mati. Pastinya kemungkinan merugi menghantui kami untuk musim tembakau tahun ini," timpal Ghufron (56), petani lainnya.

Baik Suwarto maupun Ghufron memastikan untuk panen yang akan datang pihaknya bisa jadi merugi. Ongkos produksi menjadi berlipat ganda, sementara kualitas dan kuantitas tembakau menurun.

Mereka merinci biaya tanam tembakau dan lain-lainya, petani harus mengeluarkan biaya Rp 30 hingga Rp 40 juta per hektare. Ketika panen, lahan per satu hektare akan menghasilkan 14 ton tembakau.

"Tahun lalu harganya Rp 4.000 per kilogram daun tembakau kering. Jadi setiap hektare masih mendapatkan Rp 56 juta, sehingga masih untung. Tapi untuk tahun ini kami ragu-ragu bisa mendapatkan untung," kata dia.

Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Jombang, Ilham Hero, membenarkan masalah para petani tersebut.

Menurut Ilham, salah satu penyebabnya adalah iklim La Nina yakni mendinginnya suhu permukaan laut yang membuat pasokan dan suplai uap air pemicu hujan bertambah.

"Akibatnya, intensitas hujan masih tinggi meskipun sudah musim kemarau atau yang biasa disebut kemarau basah," terang Ilham.

Tanaman tembakau yang rusak dam mati terjadi di lima kecamatan utara Sungai Brantas dan satu kecamatan di lereng Pegunungan Anjasmoro.

Untuk utara Sungai Brantas meliputi Kecamatan Plandaan, Ploso, Ngusikan, dan Kudu. Sedangkan yang dekat pegunungan adalah Kecamatan Bareng.

"Kami sudah turun ke petani soal antisipasi La Nina ini. Antara lain meminta agar petani membuat drainase di lahan mereka. Fungsinya agar air tak menggenang terlalu lama di pangkal tanaman tembakau," ucap dia.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas