BPJS Ketenagakerjaan Ragukan Keterangan Keluarga Altur Simanjuntak, Ini Alasannya
Dokter spesialis tidak mungkin menyuruh pulang bila masih membutuhkan perawatan medis
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Eko Sutriyanto
![BPJS Ketenagakerjaan Ragukan Keterangan Keluarga Altur Simanjuntak, Ini Alasannya](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pasien-diusir_20160805_162345.jpg)
Sebelumnya, diketahui, Altur Simanjuntak (31), pasien Rumah Sakit Martha Friska Multatuli, Medan, Sumatera Utara “diusir” dokter spesialis tulang.
Pasalnya, Altur yang menderita patah tulang bahu kiri menolak untuk operasi.
Lastiarny Boru Tobing (54), orang tua Altur mengatakan, beberapa hari lalu, putranya mengalami kecelakaan kerja di PT Gunung Selamat Lestari, Kota Pinang, Labuhanbatu Selatan (Labusel).
"Setelah menjalani perawatan medis di klinik Kota Pinang, perusahaan merujuk ke Rumah Sakit Martha Friska, Medan. Selama menjalani perawatan medis pelayanan cukup bagus. Tapi, kami merasa tidak nyaman setelah dr Satria menyuruh pulang," katanya saat ditemui di RS Martha Friska, Jumat (5/8/2016).
Ia menjelaskan, setelah diperiksa beberapa kali, dr Satria, spesialis tulang (Orthopedi) menganjurkan Altur untuk operasi. Namun, Altur menolak karena hasil scanning penyakit saraf belum keluar.
"Akibat kecelakaan kerja itu, tidak hanya patah tulang namun ada keluhan di bagian mata dan kepala. Jadi saya menolak operasi bila hasil scannya belum keluar. Kalau hasil scan sudah ada, baru dilakukan musyawarah keluarga," ujarnya.
Selain itu, kata dia, usai penolakan operasi tersebut, dr Satria menyampaikan ada masalah pada BPJS yang digunakan Altur. Karena itu, ia menyampaikan keluhan permasalahan ke perusahaan.
"Saya melaporkan tentang keterangan dr Satria itu ke perusahaan. Apakah benar ada masalah. Tujuan saya, agar perusahaan dapat membantu. Setelah itu, tadi pagi, sebelum perwakilan perusahaan datang, dr Satria kembali bertanya kepada saya. Kenapa tidak mau operasi ?," katanya.
"Saya jelaskan tunggu scan keluar dulu, dok. Pada sisi lain, anak saya trauma karena delapan tahun lalu pernah operasi otak. Usai saya bilang gitu, dr Satria bilang kalau mau periksa mata bisa saja berobat jalan. Dan kalau enggak mau operasi bikin surat penolakan dan keluar dari rumah sakit ini," tambahnya.
Dia menuturkan, hingga Jumat siang, hasil scanning saraf belum keluar. Pihak rumah sakit melalui perawat jaga menyampaikan alat radiologinya rusak.
"Ya. Tentu saya kecewa dengan sikap dokter yang menyuruh kami pulang. Perusahaan tempat anak saya bekerja sudah urus pindah ke Rumah Sakit Siloam," ujarnya. (tio/tribun-medan.com)