Singapura Butuh Banyak Tenaga Perawat dari Indonesia
Program vokasi saat ini menjadi alternatif untuk melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Program vokasi saat ini menjadi alternatif untuk melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi.
Selain semakin banyaknya penyedia program vokasi, lulusan program ini juga banyak dicari perusahaan di nasional maupun internasional.
Seperti Singapura yang saat ini juga mulai menerima tenaga vokasi untuk profesi perawat warga usia lanjut (lansia).
Duta Besar RI untuk Singapura Ngurah Swajaya mengungkapkan saat ini Singapura memang membatasi tenaga kerja asing di negaranya.
Hanya saja pemerintah memberikan pengecualian pada profesi perawat lansia karena terbatasnya jumlah tenaga dalam usia produktif.
“Pastinya tenaga kerja yang dikirim harus memenuhi sertifikasi di Singapura. Bukan hanya berdasarkan standar kompetensi nasional,” jelasnya saat hadir dalam pengukuhan atase pendidikan Dubes RI untuk Singapura di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa (23/8/2016).
Menurutnya, saat ini ada 20 tenaga perawat dari Indonesia bekerja di Singapura. Dan peluang untuk profesi ini masih tinggi, mengingat masih ada ribuan warga lansia di Singapura.
“Kalau lulusan SMA dan SMK mungkin agak sulit masuk kesana. Tetapi bisa disesuaikan lagi dengan lembaga sertifikais di Singapura,” tambahnya.
Sayangnya, lemahnya penguasaan bahasa asing oleh tenaga kerja Indonesia mempersempit peluang.
Sehingga dikatakannya, Kedutaan Besar Republik Indonesia(KBRI) akan memfasilitasi untuk trainer bahasa agar bisa memenuhi standar yang diakui Singapura.
“Kerjasama peningkatan tenaga kerja akan kami lakukan, khususnya mendorong Jatim untuk ikut berperan,”terangnya.
Sementara itu, kerjasama vokasi yang dijalin Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim selama ini sudah dilakukan dengan pengiriman tenaga lulusan SMK untuk bekerja di bidang Teknologi dan Perawat.
Hanya selama ini penyaluran masih dijalin dengan Jerman.
Saat ini, ada enam SMK digadang-gadang dikirim ke negara federasi di Eropa Barat ini. Mereka berasal dari jurusan informasi teknologi (IT), mekatronika, dan keperawatan.
Bahkan, Dindik Jatim dan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi Jatim tengah menggodok sertifikasi kompetensi bagi mereka.
“Kalau di Singapura ada peluang akan kami kaji lagi untuk bisa menjalin kerjasama,”jelas Kepala Dindik Jatim, Saiful Rachman.
Pengkajian peluang ini, menurut Saiful sangat penting. Sehingga lulusan SMK bisa tertampung dengan baik di negara yang dituju.
“Melihat jaminan kerjasamanya, kalau tidak ada jaminannya untuk lulusan SMK ya ngapain bekerja sama,”lanjutnya.