Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Begini Wajah Desa 13 Penerjung Payung Pertama Indonesia Mendarat

Sambi sekian desa tertinggal di Kabupaten Kotawaringin Barat. Tapi di sini jadi sejarah 13 penerjun pertama Indonesia mendarat pada 17 Oktober 1947.

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Y Gustaman
zoom-in Begini Wajah Desa 13 Penerjung Payung Pertama Indonesia Mendarat
Tribun Timur/Fahrizal Syam
Imanuel Nuhan (93) duduk di kursi roda adalah satu dari 13 penerjun payung pertama di Tanah Air. Ia bersama anggota Paskhas TNI AU dan warga berfoto bersama dengan latar Monumen Palagan Sambi di Desa Sambi, Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Selasa (23/8/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, KOTAWARINGIN - Sambi merupakan desa kecil berpenduduk 847 orang di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Butuh waktu sekitar empat sampai lima jam perjalanan darat dari Pangkalan Bun, ibu kota Kotawaringin Barat, menuju Desa Sambi.

Dua jam pertama dari Pangkalan Bun kendaraan masih melaju di atas aspal meski tak mulss, dua jam berikutnya kondisi jalan berubah tanah. Di kiri kanan terhampar perkebunan sawit. Debu berterbangan sepanjang jalan selama kemarau.

Desa ini sangat bersejarah khususnya bagi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara. Pada 17 Oktober 1947, sebanyak 13 penerjun payung pertama Indonesia mendarat di desa ini.

Misi penerjunan payung kemudian menjadi cikal lahirnya Korps Pasukan Khas Angkatan Udara (Kopaskhasau) yang dulu bernama Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).

Mengenang sejarah masa itu, dibuatlah tugu patung berwujud seorang penerjun payung berdiri di tengah-tengah desa. Patung itu menjadi simbol pahlawan desa yang menjadi panutan warga Desa Sambi hingga saat ini.

BERITA REKOMENDASI

Meski menjadi sejarah, perhatian pemerintah setempat kurang terhadap desa yang dihuni 290 kepala keluarga. Desa ini masuk dalam daftar sekian desa tertinggal di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Warga desa tinggal di rumah-kecil terbuat dari kayu. Mereka hanya mengandalkan mesin genset untuk memperoleh listrik dan penerangan untuk malam. Itu pun tak selalu nyala dan hanya segelintir warga saja yang memiliki genset.

Warga Desa Sambi mayoritas asli suku Dayak dan sebagian transmigran dari Jawa. Para penduduk beragama nasrani. Banyak gereja di desa ini.

Kepala Desa Sambi, Dusul Susanto, mengatakan sudah lama warga desa mengharapkan adanya uluran tangan pemerintah untuk membangun fasilitas.

"Kami ingin Desa Sambi ini dibangun, diberi fasilitas yang memadai untuk masyarakat, jangan cuma seperti ini," Dusul mengeluh saat ditemui Tribun Timur, Selasa (24/8/2016).


Selama ini pemerintah setempat membangun hanya terpusat dan beberapa daerah saja, tanpa memperhatikan masyarakat yang tinggal di pelosok.

"Kami minta semaksimal mungkin dibuat pos penjagaan, dan pos angkatan udara di sini sebagai tanda bahwa pasukan khas TNI AU berawal dari sini," kata Dusul mewakili harapan warga.

Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas