Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ada Apa di Balik Baju Merah dan Sungkem Ridwan Kamil kepada Megawati

Tidak hanya aksi sungkem Ridwan yang memunculkan banyak asumsi.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ada Apa di Balik Baju Merah dan Sungkem Ridwan Kamil kepada Megawati
Muhammad Zulfikar/Tribunnews.com
Ridwan Kamil 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kedatangan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pada acara Sekolah Calon Kepala Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kinasih Resort, Depok, Jawa Barat, 30 Agustus 2016 lalu, memunculkan ragam spekulasi soal kiprah politiknya.

Sinyal merapatnya Ridwan ke partai berlogo banteng itu kian kentara sewaktu foto aksi sungkemnya kepada Megawati Sukarnoputri menjadi viral di dunia maya.

Namun, Ridwan buru-buru menyanggah anggapan itu.

Menurut dia, hal itu merupakan bentuk rasa hormat kepada orang yang usianya lebih tua.

"Kamu ketemu orang tua sikap kamu gimana? Ya salam, tanda hormat. Masa Ibu Mega duduk saya di atas terus begini (salam dengan posisi berdiri) kan gak mungkin. Maka saya ngambil posisi sopan santun, itu kepala dengan kepala harus sama posisinya," ucap Ridwan, Kamis (1/9/2016).

"Jadi saya yang nunduk. Jadi wajar saja. Ya kayak ke ibu saja, kayak ke orang tua Siapapun orang tua harus di hormati. Pasti gaya saya sama. Tidak hanya ke Ibu Mega, pada orang tua yang diberi salam gayanya begitu," katanya.

Tidak hanya aksi sungkem Ridwan yang memunculkan banyak asumsi.

Berita Rekomendasi

Kemeja merah yang ia kenakan tak luput dari perhatian.

Ridwan pun kembali meluruskan anggapan bahwa kemeja yang ia kenakan menjadi simbol kesediaannya menjadi kader.

"Pokoknya statement saya mah sederhana, saya ini kan netral. Saya posting di Facebook, ke (acara) Nasdem baju biru, sama Golkar baju kuning, pas ke Gerindra baju putih, ke PDIP baju merah. Hanya menghargai dresscode saja, setiap acara kan saya nanya dresscode-nya apa, ya sudah," ujarnya.

Oleh karena itu, Ridwan mengaku masih menimang partai mana yang akan ia pilih.

Menurut dia, untuk berkarier di dunia politik tak harus dikaitkan dengan partai.

Selain itu, salah satu alasan mendasar ia belum memilih partai, yakni statusnya yang masih tercatat sebagai PNS.

"Kalau saya mah masih belum punya warna. Kenapa? status hukum saya masih PNS. Saya ini PNS ITB, dosen yang sedang cuti jabatan. Baru akan mundur itu kalau harus mencalonkan lagi atau masuk Parpol," ucapnya.(Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas