Jamasan Pusaka Sunan Kalijaga: Dilakukan dengan Mata Tertutup, Jika Tidak Ini Risiko yang Terjadi
Raden Agus S, cucu Sunan Kalijaga mengatakan, tradisi penjamasan pusaka tersebut merupakan wasiat dari Sunan Kalijaga.
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Puthut Dwi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, DEMAK - Ribuan orang memadati kawasan Kadilangu, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, untuk menyaksikan prosesi penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga, yakni Keris Kiai Tjrubuk dan Rompi Ontokusumo, Senin (12/9/2016).
Ritual pensucian pusaka keramat tersebut dilakukan oleh Trah Sunan Kalijaga setiap tahunnya bertepatan dengan Hari Raya Iduladha.
Sepak terjang Raden Said, nama asli Sunan Kalijaga, yang begitu kuat melestarikan budaya Jawa serta gencarnya syiar agama Islam membuat ia dikenal hampir di semua kalangan masyarakat.
Terlebih lagi, kesederhanaannya sebagai bagian dari Walisongo.
Tak heran, jika Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu selalu ramai dikunjungi ribuan orang, terutama saat pelaksanaan tradisi jamasan.
Raden Agus S, cucu Sunan Kalijaga mengatakan, tradisi penjamasan pusaka tersebut merupakan wasiat dari Sunan Kalijaga untuk mensucikan pusaka kesayangannya itu.
"Beliau berwasiat sebelum meninggal. Agemanku besuk yen wis dikeparengake sowan ingkang Maha Kuwaos, salehno ning duwur peturonku."
"Kajaba kuwi sawise aku kukut, agemanku jamasana (Jika aku sudah meninggal dunia, pusakaku letakkan di atas pusaraku. Selain itu, setelah aku meninggal, jamasilah pusakaku - Red). Pesan itu akan kami laksanakan dengan baik," katanya.
Tim penjamas meracik khusus media yang digunakan untuk menjamas kedua pusaka Sunan Kalijaga. Berupa perpaduan minyak kelapa, minyak cendana dan minyak melati.
Pelaksanaan jamasan berlangsung sakral. Satu per satu tim penjamas yang berjumlah tujuh memasuki cungkup makam.
Selanjutnya, pusaka yang berada di dalam cungkup gedong makam Sunan Kalijaga itu dijamas menggunakan minyak khusus.
Uniknya, ketujuh penjamas melakukan ritual ini dengan mata terpejam. Mereka dilarang melihat dengan mata telanjang wujud pusaka Sunan Kalijaga.
"Beliau berpesan saat menjamas tidak boleh melihat pusaka. Karena dipercaya dapat mengakibatkan kebutaan. Guru Panembahan memilih siapa yang menjadi tim penjamas," ungkapnya.
Malam sebelum jamasan, Lembaga Adat Kadilangu (LAK) menggelar tradisi 'Nasi Ancakan'. Nasi yang dibungkus daun jati dan diletakkan di atas ancak bambu atau anyaman bambu ini berisikan gudangan, kuah sayur, serta irisan daging.
"Dahulu banyak sekali orang berjalan kaki yang ingin menyaksikan Tradisi Jamasan. Karena belum ada transportasi, mereka pastinya menginap. Karena merasa iba, maka dari trah keturunan Sunan Kalijaga bersodakoh menyediakan nasi," terangnya. (*)