Pria Asal Bandungan Ini Bikin Truk Transformer Dalam Dua Bulan dan Habiskan Rp 100 Juta
Bukan hanya tato yang menjadi wadah Agus untuk berekspresi, tetapi truk kesayangannya juga tak luput dari ide-ide kreatif.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Minat terhadap seni sudah terlihat dari diri Agus Ova. Tato yang memenuhi hampir seluruh tangan kanannya sudah menegaskan bahwa ia bukan orang yang canggung untuk berekspresi.
Bukan hanya tato yang menjadi wadah Agus untuk berekspresi, tetapi truk kesayangannya juga tak luput dari ide-ide kreatif.
Pria asal Bandungan, Kabupaten Semarang tersebut mengaku sejak kecil sudah hobi memodifikasi kendaraan.
Baik itu motor maupun mobil tidak luput dari ulah liar jemarinya. Hingga, beberapa tahun belakangan ini, ia menemukan tambatan hati yang baru, yaitu memodifikasi truk.
"Saya hobi, dulu dari motor sekarang truk," jelasnya saat mengikuti Kontes Akbar Modifikasi Truk yang diselenggarakan oleh Kayu Super di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (24/9/2016).
Konsep
Tidak asal corat-coret truk kesayangannya, Agus memiliki konsep yang ciamik dalam mempercantik truknya. Inspirasinya dari film Transformer.
Film yang identik dengan robot dan kendaraan modern tersebut tampak membuat Agus gelap mata.
Dengan lugas, Agus mengahabiskan hampir Rp 100 juta dalam dua bulan hanya demi kepuasan hatinya.
"Biaya audio di Salatiga Rp 12 juta, cat Rp 65 juta. Total hampir seratus juta. Pengerjaan dua bulan," kisahnya.
Bak gayung bersambut, hobi modifikasi truk tersebut juga didukung oleh orangtua Agus.
Bahkan, disaat senggang tak jarang keduanya saling bertukar pikiran menentukan konsep yang pas dengan truknya.
"Saya modif truk, bapak saya pengen modif truk. Orangtua saling dukung. Pekerjaan tidak terganggu karena ada truk satunya yang buat nganter barang ke Jakarta. Yang ini cuma buat kerja ringan," ceritanya.
Tepis Kesan
Selama ini, truk identik dengan kotor dan urakkan. Pesan paling kencang, cuma sekedar keluh kesah sang empunya truk di belakang bak.
Selebihnya, truk sering dianggap merepotkan pengguna jalan lain karena ukuran badannya yang terlalu besar.
Stigma tersebut yang coba ditepis oleh Agus.
Melalui modifikasi, harapannya truk bisa menjadi sarana hiburan gratis bagi masyarakat di jalan raya.
Tidak hanya lewat kalimat nylekit dan penuh intrik, tetapi juga bentuk yang indah dipandang mata.
"Dari hobi truk, bisa modif biar masyakat bisa menikmati. Tidak cuma buat bekerja dan identik dengan kotor. Saya pingin membuktikan truk bisa jadi wadah seni," tegasnya. (Tribun Jogja/Arfiansyah Panji Purnandaru)