Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Kembang Desa yang Otaki Curas Hingga Tewaskan Kekasihnya

Holifah Janah alias Holif (23), perempuan asal Dusun Krajan, Desa Klatakan, Kecamatan Tanggul, Jember terancam menghabiskan waktu di bui

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Kembang Desa yang Otaki Curas Hingga Tewaskan Kekasihnya
surya/ist
Holifah Janah, terdakwa pencurian dengan kekerasan di Dusun Pucuan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember. 

TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Holifah Janah alias Holif (23), perempuan asal Dusun Krajan, Desa Klatakan, Kecamatan Tanggul, Jember terancam menghabiskan waktu di bui untuk waktu relatif lama.

Ia disebut-sebut terlibat aksi pencurian dengan kekerasan (curas) pada akhir Juli 2016. Bahkan ia disebut sebagai otak kejahatan itu.

Pascapenangkapan Holif, wartawan Surya (Tribunnews.com Network) mencoba menyambangi kediaman Holif di Desa Klatakan.

 Desa ini berada sekitar 30 Km di sebelah barat Kota Jember, sehingga untuk menemukan kediaman Holif ini pun relatif mudah.

Sebab, lokasinya berada tepat di tepi jalan lintas provinsi yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Lumajang. 

Pada kunjungan pekan lalu, Surya mendapat sambutan hangat dari Halimatus Sa'diyah. Halimah, begitu perempuan ini dipanggil, memperkenalkan diri sebagai kakak kandung Holif.

Di rumah ini, selain bersama Halimah, Holif juga tinggal bersama ibunya, Morati. Ayah Holif dan Halimah, Yahmin, merantau ke Surabaya sejak tahun 80-an.

Berita Rekomendasi

Sedangkan suami Halimah mencari nafkah di Malaysia. Praktis, satu-satunya laki-laki di keluarga ini adalah Cello yang masih berusia 4 tahun.

Berdasarkan penjelasan Halimah, Cello adalah putra sulung Holif. Namun, karena sejak kecil hidup bersama Halimah, justru Halimah lah yang dipanggil mama oleh Cello.

"Kalau manggil Holif biasanya Oik", cerita Halimah.

Cello adalah putra Holif dari pernikahan sirinya dengan Marihan, yang dilangsungkan sekitar empat tahun lalu, ketika Holif baru berusia sekitar 19 tahun.

Alasan pernikahan siri ini pun menarik yakni, terpaksa harus menikah siri karena yang pria ternyata sudah mempunyai istri dan dua orang anak.

Pascapernikahan itu, baik Holif maupun suaminya bekerja di kecamatan lain sebagai nelayan. 

Setiap dua hari sekali, pasangan ini biasanya baru pulang. Sedangkan Cello berada di bawah asuhan Halimah.

Diakui Halimah, karena hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), baik Halimah maupun Holif pun sulit untuk mencari pekerjaan. Menjadi pembantu rumah tangga hingga buruh pabrik di Surabaya pun mereka lakukan.

"Tapi itu nggak lama. Apalagi Holif orangnya gampang bosan. Akhirnya pulang," ujar Halimah.

Sejak kecil, pergaulan Holif pun cenderung bebas. Apalagi, sosok Holif yang lebih menarik dibanding gadis di desanya membuatnya menjadi incaran banyak laki-laki.

"Kalau di rumah sih dia baik. Ke keluarga, ke tetangga. Tapi, kalau di luar (rumah), saya kurang tahu. Banyak sekali pemuda sini yang tertarik dengannya sebelum dia menikah dahulu," lanjut Halimah.

Termasuk dengan rekan Holif yang terlibat di kasus ini, Nurhadi, Didik Mulyono, dan Umi Uhadiyah. 

Halimah pun mengaku tak mengenal jauh ketiganya. Sebab, selain Halimah lebih sering berada di rumah, ketiganya juga tak pernah berkunjung ke kediamannya.

Pun begitu pula dengan korban tewas dalam peristiwa pencurian dengan kekerasan ini, Fauzi, yang diisukan menjalin hubungan spesial dengan Holif.

Menjelang kejadian perampokan itu pun tak ada yang janggal dengan perilaku Holif. Seperti biasa, Holif berpamitan kepada keluarganya untuk berkerja dengan suaminya.

"Setelah pertemuan itu, kami belum pernah ketemu lagi," ujar Halimah.

Tak pelak, berita tertangkapnya Holif oleh kepolisian yang diterima keluarga keesokan harinya membuat syok seluruh kerabatnya.

"Ayah tahu dari media massa. Dia langsung nggak enak makan. Sedangkan ibu, jatuh sakit," tuturnya.

Beberapa hari pascapenahanan di Polres Jember, Halimah bersama ibunya pun berkunjung. Di pertemuan itu, tak banyak yang diujarkan Holif.

"Dia lebih banyak menangis dan minta maaf. Dia juga bilang: Mbak titip Cello," lanjut Halimah menirukan Holif dengan mata berkaca-kaca.

Pascapertemuan itu, Halimah mengaku belum pernah bertemu lagi dengan sang adik. Termasuk saat sidang, keluarga pun tak ada yang mendampingi. Alasan jarak tempuh yang jauh dan ongkos perjalanan yang tinggi membuat mereka kesulitan melakukan kunjungan.

"Buat makan kami aja pas-pasan. Jadi, nggak ada untuk ongkos perjalanan," lanjutnya.

Holif juga meminta Halimah untuk membantu menguruskan BPJS. Rencananya, BPJS itu akan digunakan saat bersalin Holif yang kini tengah hamil tujuh bulan.

Halimah pun berharap adiknya mendapatkan hukuman seadil-adilnya. Halimah pun meyakini adiknya berlaku demikian karena pengaruh rekan-rekannya.

Di sisi lain, tetangga Holif yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan perilaku menyimpang Holif disebabkan pola asuh yang buruk. Di antaranya dengan ketidakpedulian soal pendidikan.

"Menurut saya, yang salah bapaknya. Sebab, dari kecil anak ini ditinggalkan. Sekolahnya juga tidak dipedulikan. Padahal, Holif sebenarnya anak yang pintar," ujar pria paruh baya yang tinggal tak jauh dari kediaman Holif.

Sebelumnya, Holifatul Janah, perempuan berusia 23 tahun ini dibekuk polisi karena ditengarai sebagai otak aksi begal motor yang berakhir pada kematian Fauzi di Dusun Pucu’an, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Jember, Kamis (21/7/2016) silam

Selain sebagai otak kejahatan, Holif sekaligus berperan sebagai orang yang memancing korban untuk datang ke tempat kejadian perkara (TKP). Akibat motif kesal dan sakit hati, serta tak diberi uang, Holif pun menyusun rencana untuk merampas motor Fauzi.

“Dia ngata-ngatain saya macem-macem,” kata Holifa saat diperiksa polisi. Untuk memuluskan aksinya, Holif terlebih dahulu pacaran dengan Fauzi yang belum lama dikenalnya. (SURYA/Bobby Constantine Koloway)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas