Gambang Semarang Jadi Ikon Kesenian, Tapi Dana Cekak untuk Mempopulerkannya
Gambang semarang telah menjadi ikon kesenian Kota Semarang. Upaya melestarikannya begitu besar, tapi dana untuk memasarkannya terlalu keci.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rahdyan Trijoko Pamungkas
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Joko Suwarno antusias bicara perihal kesenian gambang semarang, terutama mengenai tariannya.
Penari senior itu menyebut, gambang semarang telah dijadikan salah satu ikon kesenian Kota Semarang. Kenyataannya, perhatian banyak orang atas kesenian ini belum signifikan.
"Mbok iya, pemerintah nyengkuyung, memberikan support yang memadai terhadap kesenian semarangan, termasuk gambang semarang di dalamnya," kata Joko saat hadir sebagai salah seorang peserta sarasehan pelestarian dan pengembangan tari dan musik gambang semarang di Gedung Ki Narto Sabdho, Taman Budaya Raden Saleh, Kota Semarang, Rabu (12/10/2016).
Seminar atas prakarsa Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang ini menghadirkan pembicara Al Agus Supriyanto, pencipta Tari Semarangan.
Sedangkan pembicara lainnya, Yoyok B Priyambodo, pimpinan Sanggar Greget yang telah melahirkan sejumlah karya tari berbasis gambang semarang, seperti Tari Warak Dugder dan Tari Denok Deblong.
Joko mengharapkan semua pemangku kepentingan kesenian gambang semarang, khususnya tari, mau duduk bersama membicarakan dan merumuskan tari gambang semarang.
"Jika memang menjadi identitas (Kota Semarang), maka perlu dirumuskan ciri-cirinya (tari gambang semarang) seperti apa, geraknya seperti apa, sehingga bisa menjadi pedoman," dia berharap.
"Pemerintah perlu memfasilitasi seni tari semarangan. Pemerintah perlu menyalurkan tari semarangan melalui berbagai media, termasuk ke sekolah-sekolah. Kalau setiap hari masyarakat diberi informasi maka masyarakat dapat menerima," Yoyok menimpali.
Pemerintah diminta dapat membangkitkan lagi pagelaran tari gambang semarang setiap satu bulan sekali oleh sanggar-sanggar seni yang ada.
Al Agus menambahkan, perhatian pemerintah penting dalam pelestarian dan pengembangan kesenian gambang semarang.
"Fasilitasi dari pemerintah, dalam bentuk apa pun, dapat mendukung segala yang dikelola oleh guru di sekolah maupun di sanggar," kata Al Agus.
Kepala Bidang Kesenian Disbudpar Kota Semarang, Dwi Setyowati, merespons positif harapan-harapan yang mengemuka dalam sarasehan mengenai masa depan gambang semarang.
"Sayang, anggaran di Disbupar untuk kesenian masih sangat kecil. Anggaran yang diberikan hanya lima persen dari anggaran kesenian, yang berjumlah total Rp 150 juta," kata dia.